"Guru sejarah mempunyai wadah dalam bertukar informasi, best practice di sekolah masing-masing dan kita harapkan ini menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan mampu berdiskusi," tuturnya.
Selain itu sambung Awal, Sumsel kaya dengan local wisdom (kearifan lokal) yaitu sejarah lokal, kuliner lokal, dan seni lokal.
BACA JUGA:Guru Diajak Manfaatkan Museum Negeri Sumsel, Sumber Belajar Sejarah!
"Di sini ada Komunitas Batang Hari Sembilan (Kobar) sebagai pengisi acara, kita juga mendengarkan pantun karya pak Fir Azwar, itu semua bentuk-bentuk kebudayaan yang ada di Sumsel,” imbuhnya.
Bila kualitas pembelajaran yang baik, local wisdom sudah tergali, diharapkan ada peningkatan hasil belajar siswa.
"Jadi harapan kita, guru sejarah di seluruh Sumsel harus memanfaatkan wadah ini yang punya ide, kreativitas, inovasi dalam pembelajaran,” tukasnya.
Sedangkan, Presiden AGSI Pusat Dr H Sumardiansyah Perdana Kusuma, S.Pd, melihat mengapa mata pelajaran sejarah coba dihilangkan oleh pemerintah, kemudian direduksi fungsinya, tapi selalu dipidatokan.
“Kita bertanya-tanya bagaimana pemahaman pemerintah terhadap sejarah, di sini saya ingin buka sedikit program pemerintah yang baru terpilih yakni Prabowo Subianto," ucapnya.
Di mana poin pertama jelas yakni memperkuat ideologi, memperkuat demokrasi, dan memperkuat asas manusia, kemudian lalu diikuti poin ke delapan.
"Lalu kalau kita bicara ideologi sebetulnya pintu masuknya dari mana, dan pintu masuknya yakni dari sejarah,” katanya.
Menurut dia sejarah juga memiliki kelemahan, apabila tidak diisi dengan ilmu, dengan metologi, maka ideologi yang dibangun akan menjadi alat oleh pengambil kebijakan, alat bagi penguasa bangsa.