Selain itu, Rumah Limas sendiri mencerminkan nilai-nilai luhur serta kearifan lokal yang menjadi warisan kehidupan masyarakat Sumsel.
"Sebagai Pj Gubernur Sumsel, saya merasa bangga bahwa Sumsel menjadi bagian dari sejarah bangsa melalui representasi budaya lokal yang ada pada Rupiah kita," cetusnya.
Untuk itu, Elen Setiadi mengajak masyarakat menjadikan momentum ini sebagai pengingat bagi semua, khususnya generasi muda.
Mereka dikenalkan bahwa Rupiah bukan sekadar alat tukar, melainkan juga sebagai simbol persatuan dan pentingnya menjaga warisan budaya.
“Dari Sabang sampai Merauke, Rupiah dapat menghubungkan dan memperkuat keberagaman di Nusantara,” tukasnya.
BACA JUGA:Belum Ramah Difabel, Disbudpar Sumsel Dorong Peningkatan SDM Pemandu Museum Negeri Sumsel
Di kesempatan yang sama, Kepala Kanwil BI Perwakilan Sumsel Ricky Perdana Gozali mengemukakan warisan dan budaya Sumsel pernah ada dalam uang pecahan kertas Rp10.000.
Ia merinci, uang pecahan Rp10.000 tahun emisi 2005 memiliki ciri khas Sumsel.
Di mana uang rupiah pecahan 10.000 ini bergambar sosok Pahlawan Nasional dari Sumsel, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II di salah satu sisinya.
Dan sisi lainnya bergambar Rumah Limas yang bangunan aslinya berada di Museum Negeri Sumsel.
BACA JUGA:Luar Biasa! Museum Negeri Sumsel Terima Hibah Alquran Tulisan Tangan Kiyai Delamat Berusia 2 Abad
BACA JUGA:Kaya Situs Megalitik! Begini Kata 4 Pakar di Seminar Kajian Koleksi Museum Negeri Sumsel
Memorabilia uang pecahan Rp10.000 ini salah satu upaya yang dilakukan BI Sumsel untuk meningkatkan rasa nasionalisme melalui mata uang rupiah.