Ada yang menjadi tukang ojek, buruh bangunan, atau berdagang kecil-kecilan.
BACA JUGA:Harga Cabai Di Pasar Nendagung Pagaralam Tembus 100 Ribu PerKg, Ternyata Gara gara Ini
Sedangkan untuk berbelanja kebutuhan seperti pakaian dan sebagainya, boro-boro mereka memikirkannya.
Syukur-syukur untuk makan per harinya saja sudah cukup. Intinya, daya beli masyarakat banyak yang menurun.
Kalau sudah begitu perekonomian sedikit tidak jalan. Sementara para pedagang tentu harus memikirkan harga sewa kios.
Banyak penyewa kios yang jatuh tempo dan sudah mendapat surat peringatan dari pengelola pasar.
Beberapa di antara mereka bahkan ada yang terpaksa menutup kios dan tidak berjualan lagi.
BACA JUGA:Jaga Kestabilan Harga Sembako, Babinsa Roworejo Pantau di Pasar Tradisional
2. Belum Waktunya untuk Membeli Keperluan Pakaian
Bagi para orang tua di Pagaralam, terutama para petani untuk membeli kebutuhan seperti pakaian atau sepatu saat ini belum waktunya.
Biasanya orang tua ramai mengantar anaknya ke pasar jika sudah mendekati lebaran atau pada saat memulai tahun ajaran baru.
Saat itu suasana pasar ramai dan perekonomian terasa hidup. Para pedagang juga cukup menikmati keadaan seperti itu.
Namun, itu juga kadang-kadang masih mengandalkan musim kopi. Kalau pas ketemunya musim kopi dan musim liburan sekolah atau lebaran para pedagang benar-benar beruntung.
BACA JUGA:Pasar ini Memiliki Nama yang Unik dan Kisahnya yang Dramatis
Para petani yang baru panen tidak sayang-sayang membelanjakan uangnya untuk keperluan apa saja. Termasuk kebutuhan pakaian, alat elektronik dan barang konsumtif lainnya.
Jadi,pada saat normal seperti sekarang yakni anak-anak sekolah belum libur akhir tahun, juga lebaran masih jauh maka para pembeli juga masih enggan berbelanja.