Tidak hanya itu, Jembatan Musi V juga membukukan rekor lain.
Mencapai ketinggian 17 km dari permukaan air, jembatan ini menjadi jembatan tertinggi di Sumatera Selatan.
Proyek pembangunan Jembatan Musi V dan Tol Kapal Betung menghabiskan biaya total mencapai Rp22,17 triliun.
Namun yang membanggakan, 99 persen material yang digunakan merupakan produk lokal.
Hal ini menunjukkan simbol kemandirian dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Pembangunan Jembatan Musi V menggunakan teknologi tinggi.
Inovasi yang diterapkan pada pembangunan Jembatan Musi V ini yaitu dengan menggunakan metode sistem balance cantilever.
Metode ini adalah metode yang digunakan dengan memanfaatkan efek kantilever seimbangnya sehingga struktur dapat berdiri sendiri.
Metode kantilever dilakukan dari atas struktur bangunan, sehingga tidak memerlukan sokongan di bawahnya.
Hal ini yang membuat jembatan Musi V yang menggunakan metode balance cantilever tidak mengganggu aktivitas di Sungai Musi.
Aktivitas di perairan Sungai Musi bisa dibilang cukup padat, sehingga meskipun dibangun jembatan, tidak sampai mengganggu aktivitas kapal.
Metode balance cantilever memiliki kelebihan dan kelemahan.
Menurut dokumen berjudul Kelebihan dan Kelemahan Metoda Balance Cantilever yang diakses dari id.scribd.com.
Di antara kelebihannya adalah gelagar jembatan dapat dibangun tanpa menyentuh tanah.
Jembatan dengan metode ini memungkinkan dibangun di atas sungai yang berarus deras, atau dalam kasus Jembatan Musi V yang memiliki aktivitas perairan yang ramai di bawahnya.
Metode ini dikembangkan untuk meminimalkan acuan perancah (scaffolding) yang diperlukan untuk pelaksanaan pengecoran di situ.