Pemikiran yang telah 'terkontaminasi' oleh narasi black campaign membuat orang sulit menerima realitas yang ada.
BACA JUGA:Kunjungi Kelurahan 29 Ilir, Warga Teriaki Fitrianti Agustinda Walikota Palembang
BACA JUGA:Kongres XXI PMII Kembali Dilanjutkan, Syafitri Irwan: Masih di JSC Tapi Lain Ruangan
Akibatnya, kritik yang dilontarkan seringkali hanya menjadi ajang untuk mencela, tanpa memberikan solusi atau kontribusi nyata.
Ada spekulasi bahwa serangan ini muncul karena Paisal dinilai masih sulit digeser dari posisinya sebagai pemimpin populer.
Alih-alih berfokus pada program dan solusi, pihak-pihak tertentu tampaknya memilih jalan pintas dengan mencari celah untuk menjatuhkannya melalui strategi negatif.
Di tahun politik seperti sekarang, bukan hal baru jika kinerja kandidat dijadikan bahan untuk mendiskreditkan salah satu pasangan kontestasi.
BACA JUGA:Dapat Dukungan 18 Kursi dari 3 Partai, Fitrianti-Nandriani Mantap Maju di Pilwako 2024
Namun, lebih bijak jika setiap kandidat fokus pada visi dan misi yang mereka tawarkan kepada masyarakat, bukan mencari-cari kesalahan lawan.
Sebagai masyarakat yang cerdas, tentu kita bisa menilai mana kandidat yang pantas dijadikan pemimpin, bukan berdasarkan opini yang dilempar begitu saja di media sosial.
Fitri mengingatkan masyarakat dan pendukung untuk tetap tenang dan tidak terpecah hanya karena perbedaan pilihan politik.
"Beda pilihan itu biasa, yang penting jangan bertengkar," tegasnya dalam salah satu kampanye di Rusun beberapa hari lalu.
BACA JUGA:Ribuan Warga di 18 Kecamatan Palembang Antusias Ikuti Senam Sehat Bersama Fitrianti-Nadriana
Menurutnya, jabatan adalah amanah, bukan anugerah, dan siapa pun yang terpilih, sudah ditentukan oleh takdir.