Kedua, resistensi terhadap perubahan dari pihak-pihak di lingkungan sekolah juga merupakan tantangan besar.
Beberapa pendidik dan staf sekolah mungkin sulit menerima pendekatan baru dalam pembelajaran, sehingga inovasi yang diusulkan oleh guru muda tidak selalu mendapatkan dukungan yang diperlukan.
Selain itu, kurangnya sumber daya di beberapa sekolah di Indonesia menjadi kendala lain yang signifikan.
BACA JUGA:Ratu Dewa-Prima Salam Jamin Pendidikan di Palembang No Pungutan, No Sumbangan, Semuanya Gratis
Banyak sekolah tidak memiliki akses yang memadai terhadap materi dan fasilitas yang diperlukan untuk mengajarkan konsep ecoliteracy secara efektif.
Semua tantangan ini memerlukan strategi yang kreatif dan kolaboratif agar guru muda dapat berhasil dalam peran mereka sebagai agent of change.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa guru muda memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam pendidikan di era 4.0, khususnya dalam meningkatkan ecoliteracy.
Melalui peranan kepemimpinan, kolaborasi, serta inovasi dari guru muda akan mampu memberikan edukasi terkait dengan menciptakan peserta didik yang sadar akan lingkungan.
BACA JUGA:Datangi Dinas Pendidikan, Ada Sosialisasi Kajari OKI, Tentang Apa Ya?
BACA JUGA:PGRI Lahat Gelar Advokasi Layanan Pendidikan dalam Kebijakan Merdeka Belajar, Ini Kata Ketua
Mendorong kesadaran ekologis di kalangan siswa tidak hanya bermanfaat bagi mereka, tetapi juga bagi bumi.