BACA JUGA:Lestarikan Tanjak Palembang Sampai Kiamat, Museum Negeri Sumsel Undang Mahasiswa 4 Kampus
2. Dr. Nyimas Umi Kalsum, M.Hum yang menyampaikan materi “Membaca Aksara Arab Melayu dalam Manuskripsi dan Mata Uang”.
“Alhamdulillah, Workshop ini diikuti dengan penuh antusias oleh ratusan peserta yang terdiri dari Guru Agama Islam dari SMP dan SMA, civitas akademika UIN Raden Fatah dan Forum Peduli Sejarah Budaya,” tukas Amarullah.
Sementara dalam sambutannya membuka Workshop ini, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Pandji Tjahjanto mengapresiasi pelaksanaan workshop yang diinisiasi Museum Negeri Sumsel.
Menurut dia, ada banyak cara untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait sejarah dan budaya Sumsel kepada masyarakat.
BACA JUGA:Nyalakan Spirit Seni Budaya Gen Z, Museum Negeri Sumsel Kembali Gelar Lomba Tari Kreasi Tradisional
Salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif kultural seperti Workshop yang diselenggarakan Museum Negeri Sumsel.
“Saya menyambut baik diselenggarakannya kegiatan ini yang merupakan suatu hal penting dalam rangka meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap warisan sejarah dan budaya Sumsel,” tuturnya.
Pandji berharap kegiatan Workshop ini juga dapat memberikan daya tarik dan dorongan kepada para peserta untuk lebih mengenal museum.
“Termasuk dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap warisan sejarah dan budaya bangsa,” tandasnya.
BACA JUGA:Sukses di Era Digital! Museum Negeri Sumatera Selatan Bikin Aksi Perubahan Besar-Besaran
Keberadaan Aksara Arab Melayu di Palembang
Sementara, salah seorang narasumber, Kms H Andi Syarifuddin dalam pemaparannya menyebutkan, dimulainya pertulisan Melayu di Nusantara tidak terlepas dari sejak masuk dan berkembangnya Islam itu sendiri.