2. Prasasti Talang Tuo (684 M),
3. Prasasti Sabokingking (abad ke-7).
Semua prasasti di atas jelas Andi Syarifuddin, ditulis dengan tulisan berbahasa Melayu Tuo, huruf Pallawa.
“Nah, sejak Islam hadir, huruf atau aksara yang digunakan adalah huruf Arab-Melayu,” tegasnya.
BACA JUGA:Beri Pemahaman Sejarah dan Budaya Ke Masyarakat, Museum Negeri Sumsel Gelar Seminar Hasil Kajian
BACA JUGA:6 Tahun Berturut-Turut Gelar Sang Juara, Museum Negeri Sumsel Semakin Dicintai Gen Z
Dalam abad ke18-19, keraton Kesultanan Palembang banyak melahirkan ulama-ulama besar terkemuka, penulis, yang mewariskan karya-karya ilmiah baik masih dalam bentuk manuskrip maupun cetak dalam bahasa Arab Melayu.
Di antara deretan nama ulama besar tersebut antara lain Syekh Abdus Samad al-Palimbani, Kemas Fakhruddin, Syekh Syihabuddin, Kemas Ahmad bin Abdullah, Syekh Muhammad Akib bin Hasanuddin, Syekh Muhammad Azhari, dan lain-lain.
Sejak Kesultanan Palembang Darussalam dimazlulkan oleh kolonial Belanda (1823), harta kekayaan dan khazanah koleksi manuskrip yang tersimpan di keraton dijarah dan diangkut oleh kaum penjajah (Belanda-Inggris) ke negaranya lebih dari 100 judul.
Dan kini sebagian tersimpan di berbagai perpustakaan dan museum di Belanda, Inggris, Paris, Rusia, Jakarta, dan lain tempat.
BACA JUGA:Wah! Ada GSS di Museum Negeri Sumsel Dipadati Siswa Sekolahan
BACA JUGA:Bikin Turis Mancanegara Terpana, Ini Sejarah Kain Batik Milik Istri AK Gani di Museum Negeri Sumsel
Meskipun demikian, masih untung beberapa keberadaan khazanah manuskrip Melayu Palembang yang tersisa, masih sempat diselamatkan oleh para ulama, bangsawan, masyarakat dan lainnya secara turun-temurun hingga sekarang.
Khazanah manuskrip tersimpan ini menurut Andi Syarifuddin, sudah barang tentu menjadi warisan sejarah peradaban Melayu yang tak ternilai harganya.
Karena dapat menjadi sumber penelitian dan kajian lebih lanjut bagi para ilmuan.
“Manuskrip Arab Melayu adalah bukti nyata tingginya peradaban kebudayaan Melayu, serta mencerminkan ketinggian intelektual muslim atau kearifan lokal,” pungkasnya.