LAHAT - Tidak jauh berbeda dengan Merapi Selatan, untuk Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat masyarakat bergantung pada budidaya tanaman perkebunan karet.
Ada pula pekebun di Merapi Barat ini mengelola kopi dan sawit hanya sebagian kecil saja.
"Untuk tekstur dan karakteristik daerahnya tidak jauh berbeda dengan kecamatan tetangga. Hanya saja, lebih memilih karet sebagai penghasil cuan," ungkap Kadisbun Lahat, Vivi Anggraeni di sela sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan dalam rangka Pengembangan Komoditi Budidaya Tanaman Perkebunan di Kecamatan Merapi Barat, Selasa (14/11/2023).
Beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas karet salah satunya, kurangnya pemeliharaan, populasi tinggi dan penyadapan saat tanaman masih muda.
BACA JUGA:50 Persen Warga Merapi Selatan Lahat Berkebun Karet, Selebihnya Berbagi Rata Kopi dan Sawit
"Hal ini memicu pasokan getah karet yang dihasilkan berpengaruh, sehingga produksi pun sedikit sekali apabila pekebun salah mengimplementasikan mekanisme penanam yang benar," sebutnya.
Nah, khususnya bagi tumbuhan karet yang memang memiliki daya adaptasi sangat luas.
Namun, daerah optimalnya haruslah memenuhi beberapa kriteria tertentu.
Daerah yang akan ditanami karet memiliki suhu udara kisaran 24-28 derajat celcius, curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun, dengan bulan kering selama 3 bulan.
BACA JUGA:Masyarakat Merapi Timur Kepincut Budidaya Kelapa Sawit, Ini Solusi yang Ditawarkan Kadisbun Lahat
Lalu penyinaran matahari antara 5-7 hari, kelembaban harus tinggi, kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas, lalu tanah dengan pH 5-6 (batas toleransi 3-8), serta ketinggian lahan 200 mdpl.
Selain itu, sambung dia, ada beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas karet di Indonesia, disebabkan banyak tanaman tua yang belum diremajakan, bahan tanam dengan standar kualitas rendah.
"Teknik yang dipergunakan pun yang bukan dianjurkan, termasuk kurangnya pemeliharaan tanaman dan kebun," sebutnya.
Ia menerangkan, bibit karet sebaiknya hasil dari okulasi, untuk batangnya sendiri berupa klon dengan mata okulasi berasal dari kebun entres yang murni.
BACA JUGA:Walau Harganya Fluktuatif, Pekebun Kikim Tengah Lahat Setia Tanam Kelapa Sawit dan Karet