Sehingga sekali lagi, tidak ada konsensus mengenai hal ini. Melainkan tampaknya lebih pasti adalah hubungan antara menguap dan ritme sirkadian, jam biologis kita.
Hampir sebagian besar menguap terjadi saat istirahat, umumnya terkonsentrasi di sekitar fase bangun dan tertidur.
Persisnya adalah menguap terjadi saat tubuh kurang waspada, seperti saat tubuh mencerna makanan.
Sebagai Sarana Komunikasi?
Kendati alasan di balik menguap belum dikonfirmasi, sifatnya yang "menular" menghasilkan penemuan penting dalam berbagai disiplin ilmu, baik dalam biologi maupun psikologi sosial.
BACA JUGA:Khasiat Tersembunyi Jambu Biji untuk Kesehatan Tubuh Kita
BACA JUGA:Tidur Cukup Tapi Masih Mengantuk di Siang hari, Mengapa?
Menguap bisa memainkan peran penting dalam interaksi sosial, seperti yang diamati pada burung unta di mana mereka menggunakannya untuk menyelaraskan perilaku kelompok.
Seperti manusia, mereka sering menguap saat beralih dari bangun ke istirahat, atau sebaliknya.
Menguap kemudian dapat berfungsi sebagai sinyal yang menunjukkan perubahan aktivitas atau kewaspadaan, memastikan bahwa semua anggota kelompok waspada atau beristirahat pada saat yang sama, meningkatkan keselamatan bersama dan menjaga ritme kelompok.
Namun, menguap yang menular tampaknya merupakan karakteristik yang dominan pada manusia, beberapa pengecualian seperti simpanse atau monyet singa.
BACA JUGA:5 Produk Skincare Malam Wajib Dipakai Sebelum Tidur, Apa Saja!
BACA JUGA:7 Sunnah Nabi SAW Sebelum Tidur, Yuk Amalkan!
Kekhususan ini memperkuat gagasan bahwa menguap pada manusia, selain fungsi fisiologisnya, merupakan sarana komunikasi non-verbal. Hipotesis utamanya adalah menguap membantu menyinkronkan perilaku kelompok, suatu fungsi yang mirip dengan burung unta.
Berhubungan dengan empati
Ilustrasi seseorang merasa lelah dan mengantuk di tengah waktu bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)