PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Jumlah sarjana di Indonesia setiap tahunnya cukup banyak pertambahannya. Namun, apakah lapangan pekerjaannya juga begitu? 10 jurusan sarjana berikut ini ternyata menciptakan pengangguran terbanyak, lho.
Ini bisa jadi pemikiran untuk yang baru akan memilih jurusan, sebelum memilih jurusan kuliah, beberapa faktor perlu dipertimbangkan juga, seperti minat, bakat, dan rencana karier di masa depan.
Kenyataan akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa tidak semua lulusan dari perguruan tinggi, baik vokasi, sarjana (S1), maupun pascasarjana, dapat memasuki pasar kerja karena keterbatasan lapangan pekerjaan, tingginya persaingan, dan ketidakcocokan antara kualifikasi pendidikan dan kebutuhan yang ada.
Berikut ini adalah daftar 10 jurusan sarjana dengan tingkat pengangguran tertinggi yang perlu diperhatikan seperti dilansir dari laman insertlive.
BACA JUGA:Ini Jurusan Perkuliahan di UI yang Tidak Ditemukan di Tempat Lain
BACA JUGA:33 Kampus dengan Jurusan Teknik Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Unsri Nomor Berapa?
10 Jurusan dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi
Pengajaran Pendidikan Jasmani
Jurusan yang berhubungan dengan olahraga dan fisik ini memiliki tingkat pengangguran tertinggi, mencapai 56,4 persen. Jurusan yang fokus pada pengajaran dan ilmu olahraga menghadapi keterbatasan lapangan kerja serta kebutuhan tenaga pengajar yang bisa berubah-ubah. Keterbatasan lapangan kerja itu membuat banyak lulusannya kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Layanan Manusia atau HR
Jurusan ini juga memiliki angka pengangguran yang tinggi, sebesar 55,6 persen. Di perusahaan memang HR memainkan peran krusial dalam perekrutan dan manajemen karyawan, namun banyak lulusan bersaing ketat dalam industri ini. Selain hal itu, kebutuhan akan pengalaman khusus sering kali menjadi penghalang bagi lulusan baru.
BACA JUGA:5 Keterampilan yang Perlu Dikuasai Sebelum Memilih Jurusan Teknik Industri!
BACA JUGA:Jurusan Teknik yang Cocok untuk Para Perempuan
Ilustrasi
Dengan tingkat pengangguran tinggi, 54,7 persen jurusan ini menjadi pilihan yang cukup berisiko untuk jadi mahasiswa. Bidang ini punya tingkat kompetisi tinggi, apalagi kini tren digitalisasi serta outsourcing desain grafis membuat banyak lulusan sulit mendapatkan pekerjaan tetap.