Otak manusia mampu mengingat rangkaian instruksi yang sangat rumit dan memungkinkan melakukan rangkaian aktivitas yang tidak terbatas. Inilah yang disebut keterbukaan yang membedakan dari makhluk lain.
Sebelum ini, beberapa ilmuwan lain telah membandingkan budaya manusia dan hewan. Sementara, penelitian Morgan dan Feldman tidak sekadar membandingkan budaya hewan dan manusia, tetapi juga pewaris epigenetik dan efek parental.
Contoh efek parental adalah semut pemotong daun, sedangkan belalang adalah contoh pewaris epigenetik kumulatif.
BACA JUGA:Penduduk Indonesia Tercatat Paling Taat Beragama di Dunia
BACA JUGA:Negara Uni Eropa Mana yang Penduduknya Paling Banyak Mempelajari Bahasa?
Meskipun pewarisan epigenetik merupakan dari pengaruh orang tua bersifat stabil dan terakumulasi pada spesies nonmanusia, keduanya pada akhirnya berhenti berkembang, jelas Morgan.
Mereka mengatakan sama seperti budaya hewan, ada kendala yang dihadapi sistem ini dan yang menghentikan evolusinya."
"Pada akhirnya, kami menyimpulkan bahwa hal istimewa tentang budaya manusia adalah sifatnya yang terbuka. Budaya dapat terakumulasi tetapi tidak pernah harus berhenti, budaya terus berlanjut," terang Morgan.