PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Populasi manusia berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan hewan. Apa yang menyebabkan hal itu?
Selama berabad-abad ilmuwan telah memperdebatkan pertanyaan apa istimewanya spesies manusia ini.
Saat ini, seorang ilmuwan dari Arona State University memiliki sebuah hipotesis baru yang dapat mengubah cara kita memandang diri sendiri dan dunia di sekitar kita.
Seorang antropolog evolusi, Thomas Morgan menyatakan, "Sepuluh tahun yang lalu banyak yang beranggapan bahwa budaya manusia yang berkembang dan berevolusi adalah faktor yang membuat kita istimewa. Namun, berdasarkan penelitian terbaru tentang perilaku hewan gagasan ini kini tidak relevan lagi dan memaksa kita untuk memikirkan kembali apa yang benar-benar membuat budaya dan spesies kita unik."
BACA JUGA:Pertumbuhan Populasi Dunia Melambat, Ada Lho Negara yang Jumlah Penduduknya Menyusut
BACA JUGA:Ini 7 Negara dengan Populasi Paling Sedikit di Dunia
Manusia mewariskan pengetahuan kepada keturunannya, tetapi ratu semut pemotong daun menetas akan mengumpulkan sedikit jamur dari induknya dan membawanya ke koloni baru.
Itu adalah siklus sejak jutaan tahun yang lalu, sehingga jamur di dalam koloni ini secara genetik berbeda dari jamur liar di luar koloni.
Seperti bahasa manusia yang terus berubah, data baru menunjukkan bahwa nyanyian paus bungkuk terus berevolusi antarkelompok dan semakin kompleks dari waktu ke waktu.
Menyerupai manusia, bahkan simpanse juga belajar menggunakan alat sejak ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu.
BACA JUGA:8 Burung Endemik Khas Indonesia dengan keindahan yang eksotis, Populasinya Nyaris Punah!
BACA JUGA:Bukan Kaleng-kaleng, Dinas TPHP Lahat Jaga Populasi Kerbau dan Sapi dengan Cara Ini loh
Juga belalang menggunakan sistem evolusi yang kompleks untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, yaitu berbagai faktor seperti usia dan lingkungan yang dapat memengaruhi aktivitas gen tanpa mengubah urutan DNA itu sendiri.
Dengan begitu, belalang sanggup berevolusi dengan cepat, berubah dari bentuk yang tenang dan hijau menjadi berkerumun dengan warna kuning dan hitam.
Penemuan-penemuan tersebut memperlihatkan bahwa hewan juga memiliki budaya yang selama ini diyakini hanya dimiliki oleh manusia.