DOMPET SAKTI DAN BAKSO SETAN

Kamis 07 Dec 2023 - 22:44 WIB
Editor : Firyansyah

Oleh : Saripudin

Teringat beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengendarai motor, di sekitar Jalan Pipa, tidak jauh dari Jalan Angkatan 66 Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Perut terasa lapar sekali, mampirlah saya di warung bakso, sebenarnya, saya paling doyan makan pempek, model atau tekwan, namun, tidak apalah pikirku di dalam hati, yang penting perut berisi, apalagi menahan lapar takut bahaya nanti. 

Menunggu adalah hal yang membosankan,  apalagi perut sudah sangat lapar, biasanya aku kalau antri cukup lama, waktu menunggu kumanfaatkan untuk berzikir, ya hitung-hitung latihan atau belajar jadi anak yang shalih, hehehe, semoga beneran ya, jadi anak yang baik, bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. 

BACA JUGA:Pendaftaran Indonesia Skills Week Hanya Satu Pekan, Begini Cara Dapat Pelatihan Kerja

Sekitar beberapa menit kemudian, makanan sampai, sering aku kalau makan di warung, entah itu warung kecil atau rumah makan besar, ditanya mau minum apa mas? Saya menjawab dengan lancar air putih saja mbak, diiringi dengan senyum mbak itu sambil menatapku. 

Terkadang sering kita lihat, semua yang datang tampak gembira, bersama kelurga mereka, melahap makanan dengan hati gembira, sambil tertawa, saling tegur sapa, sang ayah berkata sama anak dan keluarganya, makan yang banyak, ayo tambah lagi baksonya. 

Keringatku bercucur terkadang bukan karena kepedasan, atau bukan karena asiknya makan bakso yang besar dan lezat itu, tapi ya begitulah kalau makan ragu cukup apa tidak uang, kalau nambah lagi, hehehe, jadi malu aku, mengenang masa lalu itu. 

Setelah selesai makan bakso dan minum air putih, aku duduk santai, sambil mengamati pengunjung yang masih di warung.

BACA JUGA:Peduli Palestina Dinas Pendidikan PALI Salurkan Donasi Rp61,8 Juta, Ini Pesan Bupati

Di dalam hati saya berkata pantas ramai, makanannya enak, nama baksonya pun unik, dan jarang ada, nama bakso Setan pun saat itu baru kukenal, entah darimana asal nama bakso ini, ujarku di dalam hati, dan kok sedikit aneh, tapi sudalah yang penting aku sudah kenyang dan bisa bayar. 

Semulanya kadang kita ragu, setelah masuk warung yang kecil tampak luarnya biasa, tapi ternyata di dalamya bagus atau ramai pengunjung, ragu karena dompet kita yang belum terisi, jelasnya takut uang di dompet kurang untuk bayar, hehehe, maklumlah belum ada pekerjaan yang lumayan untuk jalan-jalan, makan atau menabung, tapi tetap semangat. 

Setelah banyak yang pulang, saya pun berdiri ke tempat pembayaran, sambil gugup bertanya,  berapa harga baksonya, minumya apa mas, air putih jawab saya. 

Oh harganya delapan belas ribu mas, saya langsung senang ternyata baksonya enak tapi harganya murah.

Kategori :