Masyarakat Muslim di NTT Punya Tradisi Sendiri yang Membuat Ramadan Terasa Hadir

Senin 17 Mar 2025 - 16:14 WIB
Reporter : Eko Wahyudi
Editor : Eko Wahyudi

"Kami tetap menjaga tradisi Ramadan yang biasa dijalani karena bulan suci hanya datang sekali setiap tahunnya. Tapi tentunya kami siap mengikuti anjuran pemerintah untuk beribadah," tutur Adnan.

Berkumpul di Masjid Menunggu Berbuka

BACA JUGA:7 Tradisi Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan dalam Menyambut Kedatangan Ramadan

BACA JUGA:Tradisi Ramadan di Kalimantan Tengah, Ada Tradisi Keriang Keriut dan Lainnya

Tidak seperti masyarakat  di daerah muslim lain di Indonesia ada kegiatan  yang biasa 'ngabuburit' atau menunggu waktu berbuka sambil mencari takjil, warga Lamahala memilih berkumpul di masjid untuk kemudian berbuka bersama.

"Di daerah kami tidak ada pasar Ramadan seperti di tempat lain karena warga lebih senang memasak sendiri penganan atau makanan untuk berbuka puasa. Tapi nanti antarwarga saling berkirim makanan, juga untuk jamaah yang menunggu berbuka puasa dan solat taraweh di masjid," ucap Adnan Sangaji. 

Pasar Ramadan Labuan Bajo 

Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menandai awal bulan suci bagi umat Islam di wilayah tersebut. Tradisi Ramadan di Labuan Bajo disambut dengan antusiasme tinggi, baik dari masyarakat lokal maupun wisatawan. Ini menjadikannya momen berharga untuk menjalankan ibadah puasa serta melaksanakan aktivitas keagamaan lainnya.

BACA JUGA:Inilah 5 Tradisi Jelang Ramadan di Kalbar yang Khas dan Masih Bertahan

BACA JUGA:Selain Nyekar, Ini 7 Tradisi Sambut Ramadan di Jawa Timur

Masyarakat muslim di Labuan Bajo, seperti Amir, seorang wisatawan dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, merasakan kegembiraan dalam menjalankan ibadah puasa di tengah ramainya suasana Ramadan di kota tersebut. 

Menurutnya, keberadaan bulan suci Ramadan juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Bukan saja umat muslim, antusiasme menyambut Ramadan juga dirasakan oleh umat agama lain, seperti Masita, seorang warga Kristiani dari Labuan Bajo. 

Dia menyaksikan dengan senang suasana Ramadan yang meriah dan penuh toleransi antarumat beragama di kota tersebut dan mengapresiasi tingginya toleransi yang terlihat jelas dalam menjalankan ibadah Ramadan, ketika umat non-muslim dengan hangat menyambut bulan suci tersebut.

BACA JUGA:7 Tradisi Unik Sambut Ramadan di Yogyakarta, Mulai Upacara Lelabuhan Kesultanan, Hingga Apeman dan Nyadran

BACA JUGA:Tradisi Sambut Ramadan Turun Temurun yang Meriah dan Ditunggu-tunggu Masyarakat Jawa Tengah, Apa Saja?

Kategori :