Mengenai feeder,Rode menjelaskan, pihaknya sudah berkolaborasi dengan Pemkot Palembang. Saat ini ada tujuh koridor di mana dua koridor feeder dibiayai Pemkot Palembang. “Dan alhamdulillah semua layanan feeder ini gratis,” kata Rode.
Jadwal layanan feeder ini sinkron dengan LRT dan berhenti di titik yang sudah ditentukan. Menggunakan mobil ber-AC, layanan feeder jelas menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk naik LRT.
“Pada tahun 2023 sampai bulan Oktober ini sudah 3,6 juta penumpang, angka harian rata-rata sebanyak 10 ribu penumpang naik LRT,” kata Rode.
Rode mengakui, operasional LRT dan feeder sebagai upaya untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi ke moda transportasi umum memang memerlukan dana yang besar. Untuk itu dia minta dukungan dari Pemerintah Provinsi untuk mengembangkan LRT.
BACA JUGA:Dapil X Siap Perjuangkan Aspirasi Dunia Pendidikan
Terkait permintaan gratis naik LRT pada momen-momen tertentu, Rode mengatakan, pihaknya telah melakukan hal itu dan terus melakukan evaluasi. “Seperti waktu HUT Bhayangkara kami berlakukan penumpang yang memiliki SIM A atau C naik LRT gratis, artinya mereka berpaling ke moda transportasi umum dari kendaraan pribadi,” kata Rode.
Sementara Sigit, Kasi Rekayasa Lalulintas Dishub Kota Palembang, menanggapi aspirasi penambahan koridor feeder di wilayah Kertapati. Menurut Sigit, semua berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Prof Erika Buchari.
“Salah satu kajiannya adalah di wilayah Kertapati masih dilayani angkot. Rata-rata wilayah yang dilayani feeder itu adalah wilayah yang tidak dilalui angkot, seperti Sematang Borang, daerah Talang Kelapa, dan lainnya,” kata Sigit.
Mendengar penjelasan ini, anggota Dapil I, Syaiful Padli minta agar penyediaan koridor feeder di wilayah Kertapati dapat dipertimbangkan.
Selain ke Badan Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel, selama sepekan masa reses, rombongan Dapil I DPRD Sumsel juga mengunjungi sejumlah tempat lain di wilayah Dapil I. (OCA/ADV)