Namun, respon yang diambil jangan gagap dan buru-buru. Sebab tantangan menerapkan mata pelajaran yang terdengarnya "mahal dan tinggi" itu sangat sulit khususnya dalam konteks situasi pendidikan Indonesia.
BACA JUGA:Ssst…! Pakar AI Bocorkan Keunggulan Kecerdasan Buatan di Galaxy S24, Jangan Sampai Ketinggalan
Kesenjangan kualitas antar satu wilayah menjadi bukti penting bahwa diterapkan coding & artificial intelligence terasa seperti menara gading yang semakin tinggi.
Implementasi artificial intelligence & coding jangan sampai menambah pekerjaan rumah baru sebab justru untuk mampu melompat pada satu titik ke titik lainya dibutuhkan pondasi kaki yang kuat.
Jika untuk melompat saja kita tidak menyadari bagaimana kekuatannya maka niscaya kaki yang tadinya terdapat luka kecil akan menjadi pincang bahkan lumpuh.
Maksud dari itu semua bahwa Indonesia harus berkaca secara jujur bagian mana saja yang harus didahulukan untuk diperbaiki sebelum ikut serta pada panggung global.
BACA JUGA:Retret Laskar Pandu Satria, Semangat Nasionalisme Pelajar Sumsel Bangkit dari Bumi Perkemahan Gandus
Seorang model tidak akan mempermalukan dirinya sendiri bukan, hanya karena ia tidak menyadari bahwa ia memakai baju yang compang camping?
Literasi dan Numerasi Indonesia jeblok, nilainya tragis.
Sebab fondasi membangun sumber daya manusia yang mengerti AI adalah yang setidaknya mampu menghitung operasi sederhana matematika dan mampu membedakan antara fakta dan opini.
Serta tahu letak logical fallacy yang sudah menjadi common sense dalam masyarakat.
BACA JUGA:Sosialisasi Literasi Keuangan Keluarga, BSI Kenalkan Cicil Emas kepada DWP UIN Raden Fatah Palembang
Jalan Tengah
Pemetaan/Identifikasi masalah yang baik akan menghasilkan solusi yang baik pula.