Di Pagaralam, Tempat pembuatan lemang dulu ada di seputaran Demporeokan, Kecamatan Pagaralam Utara.
Ada juga di beberapa desa di Kecamatan Dempo Utara, Tengah, dan Selatan.
Tetapi kini para pedagang lemang sudah tidak terlihat lagi di sana.
Lemang kini hanya muncul sekali-sekali saat bulan puasa.
Pada acara perkawinan pun sudah jarang muncul.
Noperman Subhi, mantan Camat Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang mengatakan di kalangan masyarakat Besemah di Paiker juga ada tradisi lemang yang terus dijaga.
"Di sana hidangan lemang disajikan bersama ikan emas goreng.
Jadi memakan lemang dengan lauk ikan emas goreng merupakan tradisi khas masyarakat Besemah di Empat Lawang," kata Noperman yang lahir dan besar di Pagaralam ini.
Menurutnya ada lagi suku Besemah di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu masih cukup meyakini bahwa lemang pada suku Besemah di Kabupaten Kaur menjadi unsur penting bagi keabsahan sebuah perkawinan.
Lemang merupakan bawaan wajib pihak laki-laki (lanang) kepada pihak perempuan (gadis) dalam upacara perkawinan masyarakat Besemah.
Masyarakat Suku Besemah di Kisam, OKU Selatan juga masih memelihara ada melemang ini.
Pada acara perkawinan mereka masih terus melestarikannya.
Sutiono Mahdi, Pemerhati Bahasa dan Budaya Besemah dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Bandung mengatakan di kalangan masyarakat Besemah yang berada di wilayah Sumsel, Bengkulu, dan Lampung beberapa tradisi asli Besemah masih sangat dipertahankan.
“Salah satunya adalah mempertahankan lemang sebagai salah satu hidangan di persedekahan. Baik itu pernikahan, khitanan, atau syukuran rumah atau syukuran lainnya,” katanya.
Meskipun pada umumnya lemang adalah sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan (pulut) yang dicampur dengan air kelapa (santan) serta garam, sudah ada beberapa varian yang cukup inovatif.
“Ada lemang rasa pisang, duren, tapai atau campuran ikan.