Gudeg tersedia dalam dua jenis: gudeg kering dan gudeg basah. Dibandingkan gudeg Solo atau daerah lain, gudeg Jogja tampil lebih kering dan tahan lebih lama.
Hal ini disebabkan karena diperlukan waktu yang lebih lama untuk menggoreng (menggoreng) makanan hingga kadar airnya berkurang.
Menurut Kajian Sosio-Ekonomi Gudeg dan Preferensi Konsumen di Kotamadya Yogyakarta yang diterbitkan oleh Stephanus Sri Hedy A.P. dkk.
BACA JUGA:Nikmati Kelezatan 9 Makanan Legendaris Khas Yogyakarta, Cocok Jadi Oleh-Oleh untuk Keluarga di Rumah
Penggorengan gudeg kering memakan waktu lebih lama dibandingkan bentuk lainnya, sehingga mempengaruhi keawetan, rasa, dan penampilannya.
Gudeg diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan bahan baku yang digunakan: gudeg gori, atau nangka muda, yang banyak tersedia di Yogyakarta rebung gudeg yang sering ditemukan di restoran; dan gudeg manggar, variasi gudeg unik yang dibuat dari bunga kelapa.
Gudeg manggar memiliki keunikan karena persiapannya membutuhkan waktu sekitar satu malam, meski menggunakan bumbu yang sama dengan gudeg gori.
Biasanya hanya acara luar biasa saja yang disuguhkan dengan gudeg jenis ini. Gudeg favorit Sultan Hamengkubuwono adalah gudeg manggar. *