PALEMBANG, KORANPALPRES.COM – Menurut laman NU Jatim jatim.nu.or.id dalam syariat Islam, ada tiga alternatif metode untuk menetapkan awal suatu bulan qamariyah.
Ketiga metode itu adalah hisab, rukyah, dan istikmal.
Hisab merupakan metode menghitung berdasarkan teori dan rumus-rumus tertentu yang sudah dibakukan sedemikian rupa.
Sehingga ada keyakinan bahwa awal bulan atas dasar perhitungan teoritik itu sama dengan kenyataan alam.
BACA JUGA:Cegukan di Bulan Puasa? 4 Cara Ini Mampu Mengatasinya saat Ramadan 2024 Nanti
Sementara rukyah maksudnya adalah melihat hilal atau penampakan bulan awal (bulan tanggal pertama).
Artinya penetapan awal bulan berdasarkan pada ada atau tidaknya hilal.
Hilal itu bisa dilihat mata (baik langsung maupun dengan alat bantu).
Sedangkan istikmal ialah menggenapkan jumlah hari suatu bulan sampai tiga puluh hari sebelum memulai bulan baru.
Selama ini perbedaan tentang awal Ramadhan dan Syawal berpangkal pada ketidaksamaan hasil yang diperoleh melalui metode-metode tersebut.
Terutama pada rukyah dan hisab.
Lalu bagaimana sesungguhnya metode-metode tersebut terpakai dalam penetapan hari yang sangat penting ini?
KH MA Sahal Mahfudh, mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam bukunya ‘Dialog Problematika Umat’ menulis pandangannya terkait problematika di atas.
BACA JUGA:6 Cara Agar Hati Bersyukur Menyambut Ramadan 2024, Nomor 1 Jarang Terpikirkan