BACA JUGA:BREAKING NEWS: Tim Gabungan Polri Ringkus Pelaku Begal Mahasiswa UNSRI
BACA JUGA:Hadiri Rakor Pengawasan dan Pengendalian BKN, Agus Fatoni Minta Jaga Netralitas ASN di Pemilu 2024
Sejak bulan November 2023 lalu, kelompok Houthi secara gencar terus melakukan serangan pada setiap kapal kargo yang mereka anggap sebagai milik Israel dan Amerika Serikat saat melintasi Laut Merah dan Terusan Suez.
Bukan hanya itu saja, Houthi dilaporkan melakukan penjarahan dan bahkan menyandera awak kapal.
Houthi dengan sengaja melakukan serangan sebagai bentuk perlawanan dan protes genosida yang telah terjadi di Gaza, Palestina.
Seperti pada 19 November lalu, Houthi dikabarkan telah membajak sebuah kapal kargo di Laut Merah.
Semenjak itulah, Hourthi telah melakukan penyerangan pada lebih dari dua lusin kapal lainnya dengan menggunakan drone, rudal, dan termasuk speed boat.
Kelompok asal Yaman tersebut mengungkapkan bahwa mereka hanya menargetkan kapal berbendera milik Israel dan sekutu, atau kapal yang beroperasi dan menuju pelabuhan Israel.
Namun, Houthi belakangan dilaporka juga telah menyerang kapal-kapal yang tidak berhubungan dengan kepentingan Israel.
Aksi serangan yang dilakukan Houthi di Laut Merah ini tentu saja mengacaukan sistem dan kondisi perdagangan global.
BACA JUGA:Go Internasional! Sultan Palembang Kenalkan Hulu Melayu ke Ulama Asal Thailand
Pasalnya, Laut Merah yang merupakan jalur Terusan Suez mendukung sekitar 12% perdagangan secara global.
Akibatnya kondisi ini menyebabkan ada peningkatan biaya pengiriman yang dirasakan cukup signifikan akibat dari krisis di Laut Merah.