Bahkan, sambungnya, setiap kali panen bisa menghasilkan 1.500 Kg. Kini, paling tidak menyentuh diangka 700 Kg - 800 Kg. Penyebabnya tidak lain cuaca yang masih tidak menentu.
"Terkadang hujan terkadang panas. Dari situlah petani cukup kewalahan ketika menjemur hasilnya. Sehingga efeknya ditingkat pasar harga jualnya sudah tinggi," tegas Wewen.
Terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kabupaten Lahat, Eti Listina SP MM melalui Kepala Bidang (Kabid) TPH, Ahmad Firdaus SP MMA menerangkan, mayoritas petani bercocok tanam tepat pada saat musim penghujan.
Sehingga banyak sawah yang terendam, padi reba maupun hanyut akibat luapan sungai ataupun banjir bandang.
"Akibatnya mempengaruhi jumlah produksi, kualitas yang menurun dan harga jual meningkat sangat berbanding terbalik. Terpenting pihaknya akan semaksimal mungkin melakukan terbaik membantu petani," tegasnya. *