Menurut Wikipedia, beberapa abad kemudian, pada tanggal 6 Juni 1888, atas desakan John Murray, Inggris Raya mencaplok Pulau Christmas. Alasannya adalah kemunculan fosfat menarik Pulau Christmas di Inggris.
BACA JUGA:5 Fauna Di Pulau Jawa Yang Terancam Punah, Salah Satunya Menjadi Lambang Nasional Negara
BACA JUGA:Ini Kota di Luar Pulau Jawa yang Berpenduduk 1 Juta Jiwa atau Lebih, Ada Palembang Lho
Setelah berdirinya koloni bernama Flying Fish Cove dan perusahaan Fostat, sekitar 200 pekerja Tiongkok, 8 manajer Eropa, dan 5 polisi Sikh, serta beberapa orang Melayu bergabung dengan angkatan kerja.
Sayangnya selama Perang Dunia Pertama. Perang yang terjadi dari tahun 1914 hingga 1918 mengurangi penambangan fosfat.
Saat itu sedang terjadi konflik besar dengan Jepang, 900 tentara Jepang datang dan menduduki Pulau Christmas. Kebrutalan tentara Jepang adalah penangkapan orang Eropa dan perburuan 1000 pekerja Melayu dan Cina dari hutan pulau.
Singkatnya, pada tahun 1945, hari-hari buruk di Pulau Christmas akhirnya berakhir. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia Kedua menyebabkan Jepang meninggalkan pulau tersebut dan pulau tersebut dibebaskan.
BACA JUGA:Tahukah Kamu Mengapa Pulau Sulawesi Mirip Huruf K? Ini Jawabannya
Menurut Parksaustralia.gov.au, Perusahaan Fosfat Pulau Christmas dibeli oleh pemerintah Australia dan Selandia Baru pada tahun 1949 dan tanggung jawab administratif atas pulau tersebut dialihkan dari Inggris ke koloni Inggris di Singapura.
Namun, Inggris menyerahkan sebagian besar koloninya setelah perang, Australia menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Pulau Christmas.
Akhirnya pada tahun 1958, pulau tersebut dikeluarkan dari Singapura dan kedaulatannya dialihkan ke Australia. Australia akhirnya membayar £2.800.000 sebagai kompensasi atas hilangnya pendapatan fosfat.
Pulau Christmas menjadi wilayah Australia pada tanggal 1 Oktober 1958 yang diperingati sebagai Hari Wilayah.
BACA JUGA:Sensasi Pulau Nusa Penida Nan Eksotis, Wisata Pantai yang Menyimpan Hiu Paus, Coba Deh!
Kebanyakan umat Islam tinggal