Sebab pemerintah China berpeluang mengakses data pengguna seperti data histori pencarian dan juga lokasi pengguna.
FBI dan Departemen Kehakiman AS pun meluncurkan investigasi terhadap TikTok pada 17 Maret 2023 untuk mencari bukti.
Termasuk menuding perusahaan tersebut memata-matai jurnalis Amerika.
BACA JUGA:Bikin Heboh Warga TikTok! Bahaya Challenge Tahu Panas Akibatkan Penyakit Berbahaya Ini
Isu kian memanas setelah karyawan ByteDance ketahuan mengakses data dari 4 jurnalis Amerika Serikat lewat akun TikTok mereka pada akhir Desember 2022 lalu.
Para jurnalis yang ditargetkan adalah mantan reporter BuzzFeed Emily Baker-White, reporter Financial Times Cristina Criddle, dan 2 jurnalis lainnya.
Data-data itu dipergunakan untuk melacak pergerakan fisik para jurnalis. Kebenaran berita ini sudah dikonfirmasi oleh pihak perusahaan.
Sang pelakunya ternyata kepala auditor internal perusahaan Chris Lepitak dan manajer yang berbasis di China.
BACA JUGA:5 Makanan Legendaris yang Viral di TikTok Sepanjang Tahun 2023! Nomor 2 Bikin Ngiler
Tujuan mereka untuk mengetahui apakah para jurnalis ini berada di lokasi yang sama dengan karyawan mereka yang dituduh membocorkan informasi rahasia.
Pada 24 Maret 2023, CEO TikTok Shou Zi Chew lalu berhadapan dengan Komite Energi dan Perdagangan DPR untuk membela aplikasi tersebut.
Sang CEO dicecar berbagai pertanyaan hingga kurang lebih 6 jam dalam siding itu.
Ada anggota Parlemen bertanya seberapa sering Chew berhubungan dengan Pemerintah China. Juga bertanya soal Project Texas.
BACA JUGA:Dukung Harbolnas 12.12, Tokopedia dan TikTok Hadirkan Kampanye ‘Beli Lokal’
Ia pun disudutkan pertanyaan apakah TikTok merupakan aplikasi China atau bukan.
Chew pun menjawab dengan tegas bahwa TikTok bersifat global, bahkan tidak tersedia di China daratan.