1 Tahun Permusuhan di Sudan, ECW Serukan Pemimpin Dunia Selamatkan Nyawa Jutaan Anak dan Remaja
1 Tahun Permusuhan di Sudan, ECW Serukan Pemimpin Dunia Selamatkan Nyawa Jutaan Anak dan Remaja.--Education Cannot Wait
BACA JUGA:Ini Peristiwa yang Terjadi pada Bulan Syawal dalam Sejarah Perkembangan Islam
Sebagian besar sekolah ditutup atau sulit untuk dibuka kembali, sehingga hampir 19 juta anak usia sekolah berisiko kehilangan pendidikan.
Sebagai gambaran, lebih banyak anak yang menghadapi risiko dibandingkan total jumlah gabungan penduduk Finlandia, Irlandia, dan Norwegia.
Karena dana global untuk pendidikan keadaan darurat dan krisis berkepanjangan disimpan di PBB, ECW dan para mitra strategis global menanggapi dengan cepat, cekatan, dan terkoordinasi untuk memberikan keamanan, harapan dan kesempatan mendapatkan pendidikan berkualitas kepada anak-anak korban konflik yang rumit ini.
ECW menyediakan AS$10 juta hingga saat ini untuk kebutuhan pendidikan pengungsi regional, dana hibah Tanggap Darurat Pertama diumumkan di Republik Afrika Tengah, Chad, Mesir, Etiopia dan Sudan Selatan.
BACA JUGA:Ini Alasan Hisense Gandeng Kiper Legendaris Manuel Neuer Jadi Brand Ambassador di UEFA EURO 2024
“Di Sudan, kami menyediakan pendanaan sebesar AS$28 juta, termasuk dana hibah AS$5 juta yang diumumkan pada bulan Agustus 2023,” sebut Yasmine Sherif.
Dana tersebut imbuh Yasmine Sherif, bakal digunakan untuk pendidikan inklusif dan berkualitas bagi lebih dari 86.000 anak.
Namun sambung Yasmine Sherif, investasi ini saja tidak cukup.
ECW masih harus menambah pendanaan global untuk pendidikan di semua krisis yang terlupakan di dunia, misalnya di Sudan, Republik Afrika Tengah, Chad, Sahel, Sudan Selatan dan banyak lagi.
BACA JUGA:Jangan Salah Beli! Ini Cara Memilih Parfum Pria yang Murah dan Tahan Lama, Berikut Tipsnya
Masa depan lebih dari 224 juta anak terenggut akibat konflik bersenjata, pengungsian paksa, perubahan iklim, dan krisis berkepanjangan lainnya di seluruh dunia.
Hal ini mengancam keamanan global upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), dan merupakan penghinaan atas kemanusiaan mereka.
Tanpa tempat yang aman untuk belajar dan bertumbuh, anak-anak perempuan menghadapi sejumlah risiko serius, termasuk pernikahan di bawah umur, kekerasan seksual, perdagangan manusia, dan kerja paksa.
Anak laki-laki juga menghadapi situasi yang tidak mungkin dan berisiko dipaksa menjadi tentara anak, kerja paksa, dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.