Maraknya Perilaku Seksual Menyimpang di Kalangan Gen Z Karena Algoritma Media Sosial, Tanggung Jawab Siapa?
Artikel ini ditulis oleh Adinda Arman, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas ISIP Universitas Andalas dengan judul "Generasi Z dan Maraknya Perilaku Seksual Menyimpang Karena Algoritma Media Sosial: Siapa yang Bertanggung Jawab?"--freepik
Hal ini menciptakan lingkaran setan yang sulit diputuskan, di mana Generasi Z terus-menerus terpapar konten seksual yang semakin eksplisit (vulgar) dan adiktif.
Hal ini dapat menjadi salah satu faktor paling besar pemicu terjadinya perilaku seksual menyimpang pada generasi Z.
BACA JUGA:5 Kampus Negeri Tertua di Pulau Sumatera, Ada yang Sejak 1952, Palembang Termasuk?
BACA JUGA:Sidak HP Prajurit, Ini Langkah Danyonif 143 Tri Wira Eka Jaya Mencegah Maraknya Judi Online
Perilaku seksual menyimpang adalah tindakan/perilaku/aktivitas seksual yang tidak normal dan tidak selayaknya dilakukan individu karena bertentangan dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku.
Menurut para ahli, penggunaan media sosial yang berlebih menjadi salah satu faktor terutama untuk generasi Z.
Mereka terhubung dengan dunia yang lebih luas dengan beragam pengaruh dari luar.
Dengan beragam aplikasi dan platform yang tersedia, mereka merasa punya kesempatan untuk mengeksplorasi dan menghilangkan rasa penasaran mereka.
BACA JUGA:5 Destinasi Wisata Libur Sekolah di Bengkulu, Maunya Berkunjung ke Mana?
BACA JUGA:Tarik Dana dari BSI, Muhammadiyah Dikabarkan Buka Bank Kecil Bermodal Rp15 Triliun
Perilaku seksual menyimpang yang marak terjadi dan kerap kali di normalisasi oleh generasi ini adalah homoseksual, yaitu kondisi dimana individu memiliki ketertarikan kepada sesama jenis.
Hal ini bisa terjadi karena paparan konten di media sosial yang semakin masif dan beragam.
Konten-konten yang menampilkan hubungan sesama jenis dengan cara yang menarik dan seolah-olah normal dapat memengaruhi persepsi generasi Z tentang seksualitas contohnya seperti konten shipper sesama jenis atau fujoshi, boy love, girl love yang dianggap untuk lucu-lucuan di FYP platform Tiktok.
Mereka mungkin mulai mempertanyakan orientasi seksual mereka sendiri dan merasa bahwa homoseksualitas adalah pilihan yang valid.
BACA JUGA:Inilah 12 Sekolah Kedinasan dengan Ikatan Dinas di Indonesia