Maraknya Perilaku Seksual Menyimpang di Kalangan Gen Z Karena Algoritma Media Sosial, Tanggung Jawab Siapa?

Reporter: M Iqbal |

Editor: M Iqbal |

Jumat , 21 Jun 2024 - 08:27

Artikel ini ditulis oleh Adinda Arman, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas ISIP Universitas Andalas dengan judul "Generasi Z dan Maraknya Perilaku Seksual Menyimpang Karena Algoritma Media Sosial: Siapa yang Bertanggung Jawab?"--freepik

Selain itu, media sosial juga memfasilitasi interaksi dan pembentukan komunitas online.

Generasi Z yang mungkin merasa terisolasi atau berbeda di lingkungan sosial mereka dapat menemukan dukungan dan penerimaan di komunitas online yang berfokus pada homoseksualitas dan bergabung dengan komunitas LGBTQ+.

Hal ini dapat memperkuat identitas mereka sebagai bagian dari komunitas tertentu yang melanggar norma dan nilai.

Meskipun tidak semua konten di media sosial bersifat negatif, namun paparan yang berlebihan terhadap konten-konten yang menampilkan homoseksualitas secara positif dan menarik dapat membentuk persepsi yang keliru tentang seksualitas pada generasi Z.

Mereka mungkin mulai melihat homoseksualitas sebagai sesuatu yang normal dan bahkan diinginkan, padahal sebenarnya hal tersebut bertentangan dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku di masyarakat.

Tak hanya homoseksual, penyimpangan seksual yang kerap terjadi karena sosial media adalah maraknya hookup culture yaitu budaya yang menormalkan seks bebas.

Hal ini juga menjadi salah satu bukti bahaya nya keterbukaan informasi yang memungkinkan pengguna sosial media mengakses apapun yang mereka mau.

Lantas siapa yang paling bertanggung jawab terhadap penyimpangan seksual yang terjadi karena keterbukaan informasi ini?

Tentu semua pihak memiliki peran penting dalam membangun generasi yang sehat secara fisik dan mental.

Baik pemerintah, orangtua, media sosial, atau kita sendiri.

maraknya perilaku seksual menyimpang di kalangan gen z karena algoritma media sosial, tanggung jawab siapa?                             artikel ini ditulis oleh adinda arman, mahasiswa jurusan ilmu komunikasi fakultas isip universitas andalas dengan judul "generasi z dan maraknya perilaku seksual menyimpang karena algoritma media sosial: siapa yang bertanggung jawab?"
generasi z atau gen z merujuk pada populasi dunia yang lahir dalam rentang tahun 1996-2012.
yang membedakan gen z dengan generasi sebelumnya adalah gen z merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan akses internet yang luas.
mereka juga cenderung melakukan banyak interaksi sosial secara online dan salah satu sarana yang sangat populer di antara generasi z untuk berkomunikasi dan berbagi informasi adalah sosial media.
baca juga:sumatera selatan lebih dekat: tol palembang-jambi hingga rengat hanya 3 jam perjalanan, serap dana rp24,482 t
baca juga:catat! inilah daftar desa yang blt dana desa rp300 ribu per bulan sudah cair, wilayahmu masuk?
di era digital yang serba cepat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari generasi z.
dengan sekali swipe, kita disuguhkan dengan berbagai konten, mulai dari yang informatif hingga yang menghibur.
namun, di balik layar, algoritma media sosial bekerja tanpa henti, menyusun feed kita berdasarkan preferensi dan perilaku kita.
di samping keunggulannya, media sosial juga dapat memicu perilaku menyimpang pada generasi z.
baca juga:telan dana rp9,8 miliar, jembatan gantung ini buka era baru konektivitas ekonomi di sumatera selatan
baca juga:pangdam ii sriwijaya resmikan program bantuan bedah rtlh di jambi
algoritma media sosial didesain untuk membuat kita terus scrolling, dan konten seksual sering kali menjadi umpan yang paling ampuh.
semakin sering kita berinteraksi dengan konten seksual, semakin banyak konten serupa yang akan muncul di feed kita.
hal ini menciptakan lingkaran setan yang sulit diputuskan, di mana generasi z terus-menerus terpapar konten seksual yang semakin eksplisit (vulgar) dan adiktif.
hal ini dapat menjadi salah satu faktor paling besar pemicu terjadinya perilaku seksual menyimpang pada generasi z. 
baca juga:5 kampus negeri tertua di pulau sumatera, ada yang sejak 1952, palembang termasuk?
baca juga:sidak hp prajurit, ini langkah danyonif 143 tri wira eka jaya mencegah maraknya judi online
perilaku seksual menyimpang adalah tindakan/perilaku/aktivitas seksual yang tidak normal dan tidak selayaknya dilakukan individu karena bertentangan dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku.
menurut para ahli, penggunaan media sosial yang berlebih menjadi salah satu faktor terutama untuk generasi z.
mereka terhubung dengan dunia yang lebih luas dengan beragam pengaruh dari luar.
dengan beragam aplikasi dan platform yang tersedia, mereka merasa punya kesempatan untuk mengeksplorasi dan menghilangkan rasa penasaran mereka.
baca juga:5 destinasi wisata libur sekolah di bengkulu, maunya berkunjung ke mana?
baca juga:tarik dana dari bsi, muhammadiyah dikabarkan buka bank kecil bermodal rp15 triliun
perilaku seksual menyimpang yang marak terjadi dan kerap kali di normalisasi oleh generasi ini adalah homoseksual, yaitu kondisi dimana individu memiliki ketertarikan kepada sesama jenis.
hal ini bisa terjadi karena paparan konten di media sosial yang semakin masif dan beragam.
konten-konten yang menampilkan hubungan sesama jenis dengan cara yang menarik dan seolah-olah normal dapat memengaruhi persepsi generasi z tentang seksualitas contohnya seperti konten shipper sesama jenis atau fujoshi, boy love, girl love yang dianggap untuk lucu-lucuan di fyp platform tiktok.
mereka mungkin mulai mempertanyakan orientasi seksual mereka sendiri dan merasa bahwa homoseksualitas adalah pilihan yang valid.
baca juga:inilah 12 sekolah kedinasan dengan ikatan dinas di indonesia
baca juga:pangdam ii sriwijaya kunker perdana ke jambi demi perkuat sinergi tni ad dan pemerintah daerah
selain itu, media sosial juga memfasilitasi interaksi dan pembentukan komunitas online.
generasi z yang mungkin merasa terisolasi atau berbeda di lingkungan sosial mereka dapat menemukan dukungan dan penerimaan di komunitas online yang berfokus pada homoseksualitas dan bergabung dengan komunitas lgbtq+.
hal ini dapat memperkuat identitas mereka sebagai bagian dari komunitas tertentu yang melanggar norma dan nilai.
meskipun tidak semua konten di media sosial bersifat negatif, namun paparan yang berlebihan terhadap konten-konten yang menampilkan homoseksualitas secara positif dan menarik dapat membentuk persepsi yang keliru tentang seksualitas pada generasi z.
baca juga:inilah 12 sekolah kedinasan dengan ikatan dinas di indonesia
baca juga:tengah kota besar, sd negeri 20 palembang tak dapat satupun pendaftar, ternyata ini alasannya
mereka mungkin mulai melihat homoseksualitas sebagai sesuatu yang normal dan bahkan diinginkan, padahal sebenarnya hal tersebut bertentangan dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku di masyarakat.
tak hanya homoseksual, penyimpangan seksual yang kerap terjadi karena sosial media adalah  maraknya hookup culture yaitu budaya yang menormalkan seks bebas.
hal ini juga menjadi salah satu bukti bahaya nya keterbukaan informasi yang memungkinkan pengguna sosial media mengakses apapun yang mereka mau.
lantas siapa yang paling bertanggung jawab terhadap penyimpangan seksual yang terjadi karena keterbukaan informasi ini?
baca juga:jika hanya 3 siswa, dana bos sdn 20 palembang hanya rp225 ribu tiap bulan, nah loh!
baca juga:5 pilihan pondok pesantren terbaik di palembang, referensi kamu yang ingin mondok!
tentu semua pihak memiliki peran penting dalam membangun generasi yang sehat secara fisik dan mental.
baik pemerintah, orangtua, media sosial, atau kita sendiri.
di indonesia sendiri kominfo telah berupaya untuk terus memperkuat literasi digital bagi generasi z.
hal ini terbukti dengan berita yang baru-baru ini terdengar yaitu rencana penutupan aplikasi x karena melegalkan konten pornografi merupakan langkah tegas yang patut diapresiasi.
baca juga:ini jadwal dan kalender akademik tahun pelajaran 2024-2025
baca juga:menjelang akhir tahun ajaran, smkn 2 pagaralam lakukan evaluasi intern
namun, perlu diingat bahwa tantangan dalam menjaga generasi z dari dampak negatif media sosial tidak hanya berhenti pada satu aplikasi saja.
pendidikan tentang penggunaan media sosial yang sehat, kritis, dan bertanggung jawab harus menjadi prioritas.
orang tua dan guru juga memiliki peran penting dalam membimbing generasi z dalam menggunakan media sosial secara bijak serta edukasi seks.
indonesia harus mengubah stereotip terhadap edukasi seks.
baca juga:guru menjerit! gaji 13 pns dan pppk di palembang tak kunjung cair: dinas lain kok sudah cair
baca juga:sekolah al furqon palembang galakkan program pembelajaran kurban sejak dini, begini tujuannya 
sebab di indonesia sendiri, bahasan mengenai edukasi seks dianggap sebagai hal yang tabu dan memalukan untuk dibahas.
padahal edukasi yang cukup akan menghindari remaja mengeksplor secara mandiri lalu menyerap nilai-nilai yang salah karena rasa penasaran.
selain itu, kolaborasi antara pemerintah, platform media sosial, dan masyarakat sipil sangat penting dalam menciptakan lingkungan digital yang aman dan positif bagi generasi z.
platform media sosial perlu lebih proaktif dalam menyaring konten-konten negatif dan memberikan fitur-fitur yang mendukung penggunaan yang sehat.
baca juga:calon maba, ini cara efektif cek ketersediaan kip kuliah di perguruan tinggi, ada beasiswa hingga rp8 juta
baca juga:ini daftar ptn terbaik di indonesia versi the higher education (the) 2024
generasi z adalah generasi yang penuh potensi.
mereka adalah pemimpin masa depan yang akan membawa perubahan positif bagi dunia.
namun, mereka juga rentan terhadap dampak negatif dari media sosial.
dengan langkah-langkah yang tepat dan komitmen bersama, kita dapat membantu generasi z memanfaatkan media sosial untuk kebaikan dan menghindari perilaku menyimpang yang dapat merusak masa depan mereka.