Asal Mula Puasa Asyura Menurut Ustad Adi Hidayat

Ustad Adi Hidayat menjelaskan tentang sejarah puasa Asyura-uah-

PAGARALAM, KORANPALPRES.COM - Sekarang dalam bulan penanggalan Hijriah kita berada dalam bulan Muharram. Pada bulan ini ada Puasa Asyura merupakan sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram.

Menurut riwayat hadis Rasulullah SAW, puasa ini dianjurkan sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu.

Peringatan Hari Asyura juga memiliki saejarah yang mendalam di kalangan umat Islam. Itu adalah hari ketika  Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan umatnya dari Fir'aun dengan membelah Laut Merah.

Di samping itu, puasa Asyura juga disunnahkan sebagai tanda syukur atas berbagai nikmat yang Allah berikan kepada umat-Nya. 

BACA JUGA:CATAT! Ini Jadwal dan Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura di Bulan Muharram

Melansir kanal YouTube @persepsidalamdiam, Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah ceramahnya menjelaskan tentang sejarah puasa Asyura. Puasa Asyura ini telah ada sejak era Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam awal berdakwah sebagai nabi dan rasul.

UAH menjelaskan tradisi puasa ini sudah ditemukan dan dikerjakan di kalangan kabilah Quraisy di Suku Quraisy sejak era jahiliyah. Berarti itu sebelum ada ajaran Nabi Muhammad saw.

Dijelaskan secara gamblang oleh Ustad Adi Hidayat, bahwa kebiasaan menunaikan puasa Asyura, yaitu puasa pada tanggal 10 di bulan Al Muharam, menunjukkan adanya silsilah panjang.

Tradisi ini sudah ada sebelum Islam datang, namun lalu dilanjutkan dalam syariat Islam. 

BACA JUGA:Keutamaan Puasa Arafah Itu Bisa Menghapus Dosa Tahun Lalu dan Tahun Depan

Menurut UAH hal ini menjadi menarik untuk ditelusuri lebih lanjut melalui hadits-hadits lainnya.

UAH menyampaikan, puasa Asyura memiliki akar tradisi yang tertanam kuat di zaman jahiliyah. Tradisi yang kuat mengakar  ini kemudian disikapi dengan empat pendekatan dalam syariat Islam.

Dari empat buah pendekatan tersebut, ada yang lantas diteruskan oleh Nabi Muhammad SAW dan diakomodasi oleh syariat Islam sebab ternyata memiliki nilai-nilai kebaikan yang berkesesuaian dengan ajaran Islam..

UAH menjelaskan tradisi yang diteruskan oleh Nabi Muhammad SAW ini bukan sekadar memiliki sanad yang tersambung ke era-era terdahulu, tetapi juga memiliki nilai-nilai kebaikan yang diakui dalam syariat Islam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan