Mahasiswa Universitas Andalas Kupas Tuntas Budaya Politik sebagai Cermin Identitas dan Dinamika Demokrasi
Artikel berjudul "Budaya Politik: Cermin Identitas dan Dinamika Demokrasi" ditulis oleh Muhammad Akbar, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.--kolase koranpalpres.com
Pendidikan politik yang berkelanjutan, baik melalui institusi formal seperti sekolah maupun melalui media dan organisasi masyarakat sipil, sangat diperlukan untuk memperkuat fondasi demokrasi.
Dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dapat lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah dan lebih mampu mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan politik.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan bagaimana media mempengaruhi budaya politik.
Media, baik itu media massa tradisional maupun media sosial, memiliki peran besar dalam membentuk opini publik tentang politik.
BACA JUGA:Pesta Demokrasi! Bupati Ogan Ilir Minta Ini Pada ASN
BACA JUGA:Pembatasan Masa Jabatan Anggota Dewan Legislatif dalam Perspektif Demokrasi Konstitusional
Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi medan utama bagi debat politik, di mana setiap individu dapat berpartisipasi secara langsung dalam wacana politik.
Namun, di sisi lain, media sosial juga sering menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian, yang dapat merusak budaya politik sehat.
Oleh karena itu, diperlukan literasi digital yang lebih baik agar masyarakat dapat lebih bijak dalam menyaring informasi politik yang mereka terima.
Kondisi budaya politik di Indonesia dan banyak negara demokrasi lainnya terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi, globalisasi, dan dinamika sosial yang kompleks.
BACA JUGA:Danramil Geger Hadiri Rakor Panwascam dan PPK, Momen Kesuksesan Pesta Demokrasi
BACA JUGA:Bupati Ogan Ilir Warning ASN Netral Di Pesta Demokrasi, Ancamannya Bisa Dipecat
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana membangun budaya politik yang tidak hanya demokratis secara formal, tetapi juga mencerminkan partisipasi aktif dan konstruktif dari masyarakat.
Budaya politik yang baik tidak hanya diukur dari seberapa sering rakyat ikut dalam pemilu, tetapi juga dari seberapa dalam mereka memahami dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan sehari-hari.