Apakah Program Berobat Gratis dan Sekolah Gratis itu Jadul?
Program sekolah gratis dan berobat gratis merupakan dua inisiatif sosial penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat-Freepik -
Jika program sekolah dan berobat gratis dihapus dengan alasan “jadul,” pemerintah berisiko memutus akses bagi jutaan warga miskin yang masih sangat membutuhkan bantuan.
Program ini, selain memberikan kesempatan yang lebih adil bagi masyarakat, juga berperan dalam mengurangi angka kemiskinan jangka panjang dengan meningkatkan kualitas hidup dan pendidikan masyarakat.
Tingkat Putus Sekolah di Sumatera Selatan
Putus sekolah menjadi salah satu indikator serius yang menunjukkan ketidakmampuan masyarakat untuk mempertahankan anak-anak mereka dalam sistem pendidikan.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada 2023, angka putus sekolah di Sumatera Selatan mencapai 1,4% untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), 2,6% untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan bahkan lebih tinggi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), yang mencapai 3,7%.
BACA JUGA:8 Perpustakaan Terindah di Asia, Salah satunya di Indonesia!
Data ini mengindikasikan bahwa ribuan anak di Sumatera Selatan terpaksa berhenti sekolah setiap tahun, sebagian besar karena kendala ekonomi yang dihadapi oleh keluarga mereka.
Program sekolah gratis adalah salah satu intervensi paling efektif untuk menurunkan angka putus sekolah ini.
Dengan adanya program ini, anak-anak dari keluarga miskin memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tanpa harus mengkhawatirkan biaya sekolah, seragam, buku, dan keperluan lainnya.
Tanpa program ini, anak-anak dari keluarga miskin akan terus terjebak dalam lingkaran putus sekolah yang menghalangi mereka mendapatkan pendidikan yang layak, yang pada gilirannya mengurangi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan meningkatkan taraf hidup mereka di masa depan.
BACA JUGA:Gawat, Disdikbud Lahat Catat Ada 5.881 Anak Berstatus Tidak Sekolah, Kok Bisa
Penghapusan program sekolah gratis justru akan memperburuk situasi ini, karena banyak keluarga miskin yang tidak akan mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka, terutama di tingkat SMA, yang biaya pendidikannya lebih tinggi.