https://palpres.bacakoran.co/

Bukan Hanya Sekolah, Ketua KPAD Kabupaten Muba Sebut 2 Pihak ini Bertanggung Jawab atas Pendidikan Anak

Artikel berjudul “Pendidikan Anak Tanggung Jawab Siapa?” ditulis oleh Soleman MPdI, Ketua KPAD Kabupaten Muba dan Kandidat Doktor Pendidikan Agama Islam.--kolase koranpalpres.com

Kondisi ini tentu berimplikasi pada kesadaran jika seorang anak memiliki prestasi baik di sekolah terkesan anak tersebut dianggap baik dan sukses. 

Namun jika ada yang di sekolah prestasinya biasa saja. 

BACA JUGA:Pendidikan Prasekolah Jadi Prioritas: Mendikdasmen Rencanakan Wajib Belajar 13 Tahun dan UN, Gimana Menurutmu?

BACA JUGA:Permudah Pemetaan dan Evaluasi, Kadisdik Palembang Gelar Pelatihan Rapor Pendidikan

Padahal menurut penilaian orang tua, guru maupun masyarakat di lingkungan si anak tinggal dinilai memiliki kepribadian baik, cakap, luwes dalam berinteraksi soasial, selalu mampu menebarkan energi positif di manapun si anak berada. 

Di lingkungan sosialnya tetap saja dinilai under estimate dianggap kurang berhasil dalam mengenyam pendidikan.

Stigmatif seperti ini tentu menjadi salah kaprah jika kita kaitkan dengan tujuan pendidikan. 

Para pemerhati pendidikan yang terkumpul di UNICEF (Lembaga di PBB yang berurusan dengan dunia pendidikan) bersepakat bahwa tujuan pendidikan adalah to make a people civilize tegasnya memanusiakan manusia atau dengan kata lain menjadikan manusia lebih beradab (berperadaban). 

BACA JUGA:Langkah Ini Dilakukan Psikologi Biro SDM Polda Sumsel Antisipasi kekerasan di dunia Pendidikan, Apa?

BACA JUGA:PJ Bupati Muba Sandi Fahlepi Beri Kuliah Umum di FKIP Unsri: 3 Langkah Nyata Bangun Kualitas Pendidikan

Keberhasilan pendidikan tidak bisa hanya diukur dengan nilai-nilai angka berbagi mata pelajaran yang diampu peserta didik (internalisasi), lebih dari pada itu bagaimana para peserta didik mampu mempersonalisasi brebagai pengetahuan tersebut dalam kehidupannya. 

Sebelum era reformasi keunggulan kompetensi para peserta didik lebih dominan di ukur dengan pengetahuan eksakta, sehingga anak-anak yang tidak memiliki keunggulan di bidang eksakta, seperti lebih berminat dengan pelajaran ilmu sosial misalnya terkesan dianggap kurang pintar. 

Oleh karenanya jurusan-jurusan di sekolah saat ini oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dihapuskan setidaknya agar mempersempit kesan pintar atau tidaknya diukur dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan secara fakultatif dan parsial.

Bapak Pendidikan Nasional Ki hajar dewantara mengajarkan bahwa pendidikan tidak hanya terpaku pada lembaga pendidikan misal disekolah/Pondok Pesantren, namun lingkungan keluarga dan masyarakat pun menjadi faktor vital yang mempengaruhi proses pendidikan. 

BACA JUGA:Telisik Pendidikan Politik di Universitas Andalas, Membangun Generasi Cerdas dan Kritis

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan