Apple Belum Serius dan Terkesan Meremehkan, iPhone 16 Tetap Tidak Bisa Masuk Indonesia
Rencana Apple berjualan iPhone 16 series belum berhasil karena Apple terkesan meremehkan-apple-
PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Indonesia bagaimanapun seharusnya tetap menjadi pengecualian dalam pasar global iPhone, tetapi Apple sepertinya masih terus meremehkan dan belum serius memenuhi permintaan Pemerintah RI.
Itu pula yang menyebabkan pemerintah terus melarang penjualan iPhone 16 Series.
Kegagalan Apple memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mewajibkan 40% komponen dalam smartphone yang dijual di Indonesia harus diproduksi secara lokal membuat kepastian iPhone 16 masuk pasar Indonesia belum menemukan jawaban.
Terakhir perwakilan Apple konon sudah bertemu dengan Kementerian Perindustrian pada 7 Januari 2025 kemarin untuk menegosiasikan komitmen investasi baru.
BACA JUGA:Apple Masih Berupaya Jualan iPhone 16 di Indonesia, Pemerintah Bergeming
BACA JUGA:Mau Jualan iPhone 16 di Indonesia? Apple Wajib Investasi Rp16 triliun
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri,menyebut pembicaraan akan berfokus pada proposal investasi Apple untuk periode 2024–2026, sebagai syarat agar iPhone 16 mendapatkan sertifikasi yang diperlukan untuk dipasarkan di Indonesia.
“Perwakilan Apple datang ke Kementerian Perindustrian untuk menegosiasikan komitmen investasi yang belum terpenuhi serta proposal baru mereka,” ujar dia.
Komitmen Sebelumnya dan Rencana Baru
Apple sebetulnya sebelum ini telah menyelesaikan komitmen investasi sebesar $10 juta (Rp157 miliar) untuk periode 2018–2023. Apple akanmembangung dan mendirikan akademi pengembang di Indonesia.
Akan tetapi, pemerintah kini menuntut komitmen yang lebih besar. Pemerintah mendesak Apple untuk membangun fasilitas manufaktur di Tanah Air.
BACA JUGA:Beranikah Apple Korbankan iPhone 16 Series di Indonesia? Kata Pengamat Ini Sih Tidak
BACA JUGA:Netizen Boikot Produk iPhone, Gegara Apple Dianggap Sudah Lecehkan Indonesia
Dalam sebuah laporan terlihat Apple berencana menginvestasikan $1 miliar (Rp15,8 triliun) untuk mendirikan pabrik manufaktur. Namun, hingga kini detail kesepakatannya masih dalam tahap negosiasi.