ARTIKEL KURMA: Memaknai Bulan Puasa Ramadan Untuk Meningkatkan Kualitas Iman dan Taqwa

Reporter: Trisno Rusli |

Editor: Trisno Rusli |

Senin , 03 Mar 2025 - 12:11

Makna bulan puasa Ramadan bisa meningkatkan kualitas iman dan taqwa sehingga bisa menjaga diri dari perbuatan negatif dan tercela--Sumber Foto: Freepik

Artikel berjudul Memaknai Bulan Puasa Ramadan Untuk Meningkatkan Kualitas Iman Dan Taqwa ditulis oleh Dosen Tetap Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Eti Yusnita, S.Ag, M.H.I

Artikel Kurma ini merupakan hasil kerjasama Harian Umum Palembang Ekspres dengan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang.

Puasa adalah ibadah wajib yang dilakukan oleh umat muslim yang baligh dan berakal pada bulan Ramadan.

Ibadah yang satu ini memiliki banyak makna bagi setiap muslim yang mengerjakannya untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa.

Perintah melaksanakan puasa di bulan Ramadan dijelaskan dalam firman Allah QS. al-Baqarah ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 2: 183).

Ayat ini diturunkan pada bulan Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah. Tercatat dalam sejarah Islam bahwa pada tahun ke-2 Hijriyah inilah umat Islam mulai secara resmi diwajibkan berpuasa di bulan Ramadan (Kadar M.Yusuf, 2013: 64).

Sebagai bagian dari rukun Islam, puasa menjadi pertanda bahwa seseorang yang mengerjakannya telah melaksanakan kewajiban sebagai seoarng muslim.

Hal ini menandakan bahwa puasa menjadi dasar dari ajaran Islam.

artikel kurma: memaknai bulan puasa ramadan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa                            artikel berjudul memaknai bulan puasa ramadan untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa ditulis oleh dosen tetap fakultas syariah dan hukum uin raden fatah palembang, dr. eti yusnita, s.ag, m.h.i
artikel kurma ini merupakan hasil kerjasama harian umum palembang ekspres dengan fakultas syariah dan hukum uin raden fatah palembang.
puasa adalah ibadah wajib yang dilakukan oleh umat muslim yang baligh dan berakal pada bulan ramadan.
ibadah yang satu ini memiliki banyak makna bagi setiap muslim yang mengerjakannya untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa.
baca juga:full 1 bulan! palpres-fsh uin raden fatah palembang sajikan kajian keagamaan selama ramadan 2025
baca juga:artikel: bahagia menyambut ramadhan: persiapan spiritual dan mental
perintah melaksanakan puasa di bulan ramadan dijelaskan dalam firman allah qs. al-baqarah ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ  
artinya: “hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (qs. al-baqarah: 2: 183).
ayat ini diturunkan pada bulan sya’ban tahun ke-2 hijriyah. tercatat dalam sejarah islam bahwa pada tahun ke-2 hijriyah inilah umat islam mulai secara resmi diwajibkan berpuasa di bulan ramadan (kadar m.yusuf, 2013: 64).
baca juga:artikel: tradisi ruwahan menjelang bulan suci ramadan
baca juga:tradisi seru ramadan yang masih dilakukan di sumatra selatan sampai kini
sebagai bagian dari rukun islam, puasa menjadi pertanda bahwa seseorang yang mengerjakannya telah melaksanakan kewajiban sebagai seoarng muslim.
hal ini menandakan bahwa puasa menjadi dasar dari ajaran islam.
rasulullah bersabda dalam haditsnya yang artinya: “didirikan islam itu atas lima dasar, mengakui bahwasannya tak ada tuhan kecuali allah swt, bahwasannya muhammad itu adalah rasul allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji ke baitullah, dan berpuasa di bulan ramadan." (hr. bukhari dan muslim) (budi handrianto, 2023).
puasa atau shaum dalam bahasa arab adalah menahan diri dari sesuatu. shaama ‘anil kalaam artinya menahan diri dari berbicara. allah ta’ala berfirman dalam qs. maryam ayat 26 yang artinya:
baca juga:tradisi sambut ramadan di jambi dari bantai adat, bheih sulu pasa, dan antar kembang
baca juga:adem! jelang bulan suci ramadan, polisi di tanjung raja bersih-bersih masjid
“…sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk tuhan yang maha pengasih”.
puasa yang dimaksud dalam ayat ini adalah diam, tidak berbicara. orang-orang arab mengatakan shaama an-nahaaru (siang sedang berpuasa) apabila gerak bayang-bayang benda yang bersinar terkena matahari berhent pada waktu tengah hari (wahbah az-zuhaili, 2011: 19).
sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
artinya puasa adalah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya); dalam rentang waktu tertentu.
baca juga:disdik pagaralam belum terima instruksi lanjutan terkait mbg, ini kata kadisdik
baca juga:pastikan harga stabil, sekda palembang minta warga tak belanja berlebihan
yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yakni fajar shadiq) sampai terbenanmnya matahari, yang dilakukan orang tertentu yang memenuhi syarat: beragama islam, berakal, dan tidak sedang haid dan njfas, disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada keseimbangan, agar ibadah berbeda dari kebiasaan.
adapun yang diseru dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin, tidak manusia secara keseluruhan.
hal ini menunjukkan dua makna, pertama, puasa hanya diwajibkan pada orang-orang mukmin saja, karena iman itulah yang menjadi dasar adanya perintah.
jika iman tidak ada, maka perintah beribadah juga tidak ada. sebab, puasa itu merupakan rukun islam dan sekaligus manifestasi dari iman itu sendiri.
baca juga:menjelang ramadhan, harga sembako di pasar martapura terpantau stabil? cek daftarnya!
baca juga:sambut ramadan dan hari raya dengan inspirasi dekorasi rumah dari informa
kedua, puasa itu hanya sah dalam arti mendapatkan pahala dari allah, swt, jika didasarkan atas iman.
bahkan tidak hanya puasa, tetapi juga segala amalan lainnya, tidak sah atau tidak akan mendapatkan pahala di sisi allah jika tidak didasarkan atas iman (kadar m.yusuf, 2013: 64).
firman allah:
كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ  
baca juga:mengenal tradisi ramadan di kepulauan riau, budaya dan spiritualitas yang senantiasa terpelihara
baca juga:togak tonggol dan tradisi lain masyarakat melayu riau dalam menyambut ramadan
artinya: “…sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (qs. al-baqarah: 2: 183).
penggalan ayat ini menunjukkan bahwa umat-umat terdahulu, sebelum diutusnya nabi muhammad, saw, juga mendapat perintah berpuasa.
umat nabi muhammad sebelum diturunkannya perintah berpuasa di bulan ramadan sudah melakukan ibadah puasa tiga hari dalam sebulan.
kemudian setelah mereka diwajibkan berpuasa di bulan ramadan, maka kewajiban berpuasa tiga hari dalam sebulan itu dimansukhkan (imaduddin al-fida isma’il, t.th: 213).
baca juga:sunnah-sunnah yang dianjurkan dalam menyambut bulan suci ramadan 2025
baca juga: menjelang ramadan stok kebutuhan pokok di pagaralam relatif stabil
ayat di atas menggambarkan pula tujuan melaksanakan ibadah puasa itu adalah membentuk individu yang bertakwa kepada allah, swt. kata “taqwa” dan “muttaqin” itu diambil dari kata waqaya, yang berarti memelihara atau menjaga.
dengan demikian, orang yang bertaqwa berarti orang yang terpelihara dari melakukan perbuatan yang dilarang, dan terjaga dari m meeninggalkan perbuatan baik.
berdasarkan makna harfiah ini, para mufassir membuat rumusan taqwa itu menjadi “imtisal awamir allah wa ijtinab nawahihi” (melakukan segala perintah allah dan meinggalkan segala yang dilarang-nya).
yang menjadi pertanyaan di sini adalah “apakah ibadah puasa itu membuat pribadi seseorang menjadi muslim yang bertaqwa?”
baca juga:malamang, marandang, balimau dan sederet tradisi lain menyambut ramadan di sumatra barat 
baca juga:tradisi khas di sumatra utara menyambut ramadan: punggahan, marpangir dan pesta tapai
jawabannya “bisa”, jika orang yang melakukannya benar-benar menghayati makna puasa itu sendiri dan ia tidak melihatnya sebagai ibadah formal dan seremonial saja.
akan tetapi, puasa itu harus pula diperhatikan sebagai latihan pengendalian diri dan membiasakan jiwa merasakan kehadiran allah dalam setiap situasi dan kondisi yang dilalui.
seseorang yang berpuasa dapat menahan diri dari makan, minum, dan mencampuri isterinya, walaupun tidak ada yang mengetahui jika hal itu ia lakukan.
di saat sha’im (orang yang berpuasa) yakin bahwa allah mengetahui segala pekerjaannya.
baca juga:festival ramadan! ada promo indomaret hari ini 23 februari 2025, dapatkan marjan btl 460ml rp20 ribuan
baca juga: gus baha tentang penentuan awal ramadan, hisab dan rukyat sama pentingnya
ia merasakan kehadiran allah di setiap perbuatan dan tindakan yang dilakukannya sehingga ia merasa takut untuk melanggar ketentuan-ketentuan puasa tersebut.
jika perasaan dan keyakinan seperti itu dipertahankan oleh orang yang berpuasa di setiap waktu dan tempat, baik ketika berpuasa atau tidak maka akan menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan negatif dan tercela, sebagaimana terjaganya orang yang berpauasa dari melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
referensi:
az-zuhaili, wahbah, fiqih islam wa adillatuhu, diterjemahkan oleh abdul hayyie al-kattani, dkk, jakarta: gema insani, 2011.
departemen agama ri, al-qur’an dan terjemahannya, bandung: cv. penerbit jumanatul ‘ali art, 2004.
ismail, imaduddin al-fida, tafsir al-qur’an al-‘azhim, bandung: syrkah nur asia, t.th.
m. yusuf, kadar, tafsir ayat ahkam: tafsir tematik ayat-ayat hukum, jakarta: amzah, 2013.
handrianto, budi, puasa ibadah kaya makna, https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6532311/4-makna-puasa-ramadan-bagi-muslim-bisa-jadi-usaha-raih-surga-allah-swt/ciciyulianti. diakses pada febuari 2025.