Ragam Tradisi Masyarakat Sulawesi Barat Menyambut Ramadhan

Mattunu ku'bur menerangi kuburan para pendahulu menjelang Ramadan.-sulbarkini-
Pada masyarakat Mandar di Sulawesi Barat ada cara unik dalam menyambut datangnya bulan Ramadan, yakni situnu solung atau menyalakan solung (suluh).
Solung adalah sejenis alat penerangan tradisional yang terbuat dari biji kemiri yang ditumbuk halus, dicampur dengan kapas dan direkatkan pada sebatang lidi atau bilah bambu tipis yang dibakar di malam awal datangnya Ramadan.
Solung oleh masyarakat Mandar kerap pula disebut dengan pallang-pallang atau sulo-sulo. Pada malam pertama Ramadan, warga akan menyalakan solung kemudian diletakkan di sekitar rumah warga, mulai dari pintu pagar, bagian belakang rumah, hingga tangga.
BACA JUGA:Ini Tradisi Ramadan Masyarakat Kalimantan Timur yang Masih Kental
BACA JUGA:7 Tradisi Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan dalam Menyambut Kedatangan Ramadan
"Menyalakan solung di sekitar rumah sebagai bentuk penghormatan terhadap datangnya bulan suci Ramadan. Diharapkan kedatangan Ramadan sebagai cahaya dan bulan penerang dalam menjalani amalan-amalan dan ibadah sehari-hari," ujar Muliyati, salah seorang warga Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar.
Mattunu Ku'bur
Pada warga Lingkungan Bulutakkang, Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju , Sulawesi Barat, ada pula tradisi unik menyambut datangnya bulan Ramadan. Di antaranya mattunu ku'bur atau menyalakan lilin di kuburan orang tua dan leluhur sehari sebelum berpuasa.
Sore menjelang Ramadan, warga setempat mulai dari orang dewasa hingga anak-anak beramai-ramai mendatangi kuburan keluarga. Di samping membersihkan kuburan, warga juga menyalakan lilin di kuburan orang tua dan leluhur mereka.
Menurut Egen, warga Rangas, tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun oleh warga setempat.
BACA JUGA:Tradisi Ramadan di Kalimantan Tengah, Ada Tradisi Keriang Keriut dan Lainnya
BACA JUGA:Inilah 5 Tradisi Jelang Ramadan di Kalbar yang Khas dan Masih Bertahan
Menyalakan lilin di kuburan keluarga sebagai bentuk penghormatan mereka kepada keluarga yang sudah meninggal dunia sebelum memasuki Ramadan.
"Sebagai bentuk penghormatan kepada nenek dan orang tua yang sudah meninggal dan sudah dilakukan turun-temurun. Hanya dilakukan setiap jelang Ramadhan dan setelah lebaran Idulfitri," kata Egen.
"Sudah menjadi tradisi kita di sini. Di samping di kuburan, juga dilakukan di rumah saat malam pertama Ramadan. Kalau dulu pakai obor dari bambu dan sabuk kelapa dicampur minyak tanah. Sekarang sudah pakai lilin," tandasnya.