https://palpres.bacakoran.co/

Ini Tradisi Ramadan Masyarakat Kalimantan Timur yang Masih Kental

untuk mengingatkan warga berbuka puasa dengan laduman atau petasan raksasa dari bambu di masyarakat Kutai, Kalimantan Timur.-kabarkaltim-

PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Berbagai tradisi masyarakat Kalimantan Timur dalam menyambut datangnya bulan Ramadan menggambarkan kekayaan budaya di Indonesia. Selain persiapan fisik untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, masyarakat Kalimantan Timur memiliki kebiasaan unik menyambut datangnya bulan yang mulia tersebut. 

Bagi masyarakat Kutai, yang ada di pedesaan, misalnya, tradisi sambut Ramadan masih sangat kental. 

Seperti beberapa tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Kutai berikut.  Seniman dan pegiat budaya kutai, Pardiansyah atau yang lebih akrab disapa busu Ipay menceritakan beberapa tradisi tersebut.

Membunyikan Tembakan Haor

BACA JUGA:7 Tradisi Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan dalam Menyambut Kedatangan Ramadan

BACA JUGA:Tradisi Ramadan di Kalimantan Tengah, Ada Tradisi Keriang Keriut dan Lainnya

Busu Ipay menerangkan, salah satu yang menjadi penanda Ramadan akan tiba adalah suara tembakan haor yang mulai dimainkan oleh anak-anak dan remaja. Terkadang orang dewasa juga ikut memainkannya. 

Tembakan haor adalah petasan yang dibuat manual dengan menggunakan bambu dan alat-alat lain seperti minyak tanah agar menghasilkan suara ledakan. Bambu untuk membuatnya harus bambu yang tebal, karena bambu yang tipis akan mudah terbelah.

Menyiapkan Ledoman/Laduman

Di samping tembakan haor,  terdapat juga petasan yang ukuran lebih besar yang dikenal dengan nama ledoman atau laduman. Sebuah tradisi yang masih dipertahankan masyarakat Desa Jantur, Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara.

BACA JUGA:Inilah 5 Tradisi Jelang Ramadan di Kalbar yang Khas dan Masih Bertahan

BACA JUGA:Selain Nyekar, Ini 7 Tradisi Sambut Ramadan di Jawa Timur

Tradisi ini selama puluhan tahun dilakukan untuk mengingatkan warga berbuka puasa dengan menggunakan alat tradisional. Sebab pada masa lalu masyarakat belum memiliki jam. Oleh karena itu sebagai penanda waktu berbuka puasa, maka dibunyikanlah ledoman tersebut.

Busu Ipay yang juga Ketua Apam Serawa Grup menjelaskan, bahan untuk membuat ledoman ini berasal dari pohon kayu nangka air. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan