7 November Diperingati Sebagai Hari Wayang Nasional Hingga Hari Kesadaran Kanker Dunia, Ini Penjelasannya!
7 November Diperingati Sebagai Hari Wayang Nasional Hingga Hari Kesadaran Kanker Dunia, Ini Penjelasannya!--gemini AI
KORANPALPRES.COM - Setiap tanggal 7 November diperingati sebagai hari Wayang Nasional hingga Hari Kesadaran Kanker Dunia.
Beragam peringatan tersebut menunjukkan bahwa 7 November bukan sekadar tanggal biasa, melainkan simbol penghargaan manusia terhadap budaya, pengetahuan, dan kesehatan yang menjadi fondasi kehidupan modern.
Oleh karena itu, pada artikel ini akan mengulas makna di balik masing-masing perayaan pada tanggal 7 November tersebut.
Simak baik-baik ya artikelnya, karena ini adalah momen reflektif global tentang bagaimana seni, ilmu, dan kesehatan saling melengkapi untuk membentuk dunia yang lebih baik.
1. Hari Wayang Nasional
Tanggal 7 November menjadi momen istimewa bagi Indonesia karena diperingati sebagai Hari Wayang Nasional (HWN).
Peringatan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap seni wayang, warisan budaya yang telah hidup selama berabad-abad dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.
Penetapan Hari Wayang Nasional dilakukan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018, dan tanggalnya dipilih karena bertepatan dengan pengakuan UNESCO terhadap wayang sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 7 November 2003.
Wayang tidak hanya sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan. Melalui kisah-kisah seperti Mahabharata dan Ramayana, wayang menyampaikan nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial yang mendalam. Tokoh-tokoh seperti Semar, Petruk, dan Gareng menjadi simbol kebijaksanaan rakyat kecil yang jujur, lucu, namun penuh makna.
BACA JUGA:Inilah Arti dan Sejarah di Balik Peringatan Tanggal 25 Oktober yang Diperingati di Berbagai Negara
Selain itu, lakon-lakon seperti Gatotkaca, Arjuna, atau Bima mengajarkan tentang keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan. Dalam setiap pagelaran, dalang bukan hanya mementaskan kisah, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan kritik sosial secara halus melalui bahasa simbolik dan filosofi Jawa yang mendalam.