Nikmati Makanan Legendaris Hasil Akulturasi Budaya Indonesia dan Tionghoa! Kini jadi Makanan Khas Mojokerto

Jajanan klasik yang sudah lama dinikmati banyak orang adalah onde onde jadi makanan legendaris sampai sekarang-Foto:Bunda Tanque internet-

BACA JUGA:Jangan Mengaku Urang Diri Jika Tak Tahu Gangan Gelayan, Makanan Legendaris Khas Pedamaran

Selain itu, onde-onde melambangkan optimisme akan masa depan yang lebih cerah.

Ada beberapa perbedaan yang jelas antara masakan Cina asli dan onde-onde yang kita kenal sekarang, terutama dari segi isiannya.

Jika pasta gula merah awalnya dimasukkan ke dalam onde-onde Cina, kacang hijau yang telah dimasak dan dihaluskan dengan gula pasir digunakan sebagai penggantinya di Indonesia.

Hasilnya, rasanya yang asin dan manis sangat cocok untuk selera orang Indonesia.

BACA JUGA:Makanan Legendaris Bika Berasal dari Ambon atau Medan? Yuk Simak Penjelasannya!

Kue yang memiliki beberapa nama dan isian berbeda ini dilapisi dengan biji wijen dan melambangkan keamanan dan persatuan.

Makanan ini, yang dikenal sebagai ludeui, adalah salah satu makanan khas di istana kekaisaran Chan'an, menurut seorang penulis Dinasti Tang bernama Wang Fanzhi.

Meski sebagian besar orang menyebut onde-onde ini dengan sebutan matuan, ada pula yang menyebutnya ma yuan dan jen dai.

Sekitar tahun 1300–1500 M, pedagang Tionghoa pertama kali membawa onde-onde ke nusantara.

BACA JUGA:Ternyata Bolu Kukus Termasuk Makanan Legendaris Lho, Berikut Resep dan Cara Membuatnya

Meskipun awalnya hidangan ini diisi dengan pasta gula merah yang manis, onde-onde di Indonesia menjadi terkenal karena diisi dengan kacang hijau yang gurih seiring berjalannya waktu.

Onde-onde bulat tidak hanya dikaitkan dengan keselamatan dan persatuan, tetapi juga dengan nasib baik dan prospek kehidupan yang lebih baik.

Menyantap onde-onde pada acara cap gomeh yang berlangsung pada hari kelima belas setelah perayaan Imlek merupakan adat istiadat masyarakat Tionghoa.

Makanan ini, yang dikenal sebagai ludeui, adalah salah satu makanan khas di istana kekaisaran Chan'an, menurut seorang penulis Dinasti Tang bernama Wang Fanzhi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan