Harga Beras Dusun Melejit dan Tembus Rp 17.000 Per Kg, Ini Penyebab Kenaikan

Tampak warga sedang mengangkut padi yang telah dipanen, untuk dikumpulkan sebelum di tumbuk, Rabu 21 Februari 2024-Foto:Bernat Albar-palpres

PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Beras Dusun merupakan komoditi paling populer di kalangan masyarakat.

Kini, harus menerima kenyataan pahit, yang mana harganya menyentuh Rp 17.000 perkilogramnya, padahal sebelumnya kisaran Rp15.000 hingga Rp16.000.

Selidik punya selidik, kenaikan yang cukup tinggi tersebut dikarenakan faktor cuaca menjadi aktor utamanya. 

"Sebab, beberapa desa mengalami gagal panen ataupun gagal tanam, sehingga mempengaruhi volume produksi termasuk harga jualnya juga," sebut Kepala Desa (Kades) Tanjung Alam, Kecamatan Kikim Selatan, Idil Fitra, Rabu 21 Februari 2024.

BACA JUGA:Miris! Cerita Seorang Warga di OKU Timur Membeli Beras Kiloan, Harganya Sampai Mencekik Leher

Dia menambahkan, akibat luapan Sungai Lingsing setidaknya 20 hektar (Ha) areal persawahan milik warga tergerus arus yang deras.

"Memang, kawasan sawahnya sendiri tidak begitu jauh dari aliran sungai, apabila debut airnya baik dapat dipastikan semuanya akan tersapu," terang dirinya.

Senada, Junaidi petani asal Desa Banjar Negara, Kecamatan Lahat Selatan mengemukakan, panen padi tahun ini tidak begitu baik. Sebab, banyak dari tanaman reba akibatnya berdampak dari kualitas beras nantinya.

"Dikhawatirkan beras akan berubah menjadi merah, belum lagi hujan yang terus turun banyak padi terendam membuat ada yang tumbuh kecambah," sebut dia.

BACA JUGA:Harga Beras Melambung Tinggi Bikin Warga Resah, Penyebab Stok di Minimarket Malah Kosong?

Apabila, masih katanya, padi telah tumbuh kecambah cukup panjang, ketika di tutuk (tumbuk) akan hancur dan petani pasti dirugikan.

"Jumlah produksi pasti akan menurun, harga jual pun ikut-ikutan naik jadi sewajarnya beras dijual diangka Rp 17.000 perkilonya," ulas dirinya.

Begitu pula, Wewen petani lainnya menuturkan, panen kali ini bisa dikatakan paling banyak mengalami kerugian, baik dari volume produktifitas, kualitas dan kuantitasnya.

"Areal sawah di kawasan Lahat Selatan kebanyakan mengalami reba dan juga terendam air. Inilah mengapa kami memilih tidak menjual ke konsumen," harapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan