Pernah Ada 2 Benteng Kembar di Palembang, Ini Sejarahnya
Dua benteng kembar terlihat pada peta semasa penaklukkan Inggris pada 1812-The Conquest of Java, Major William Thorn, 1815-
PALEMBANG - Banyak julukan disematkan pada Kota Palembang, Jaman dulu Belanda menyebutnya “De Stad der Twintig Eilanden” yang artinya Kota Dua Puluh Pulau karena ada 117 sungai.
Ada lagi dijuluki “Indische Venetie” atau Venesia dari Hindia, dan “De Stad des Vredes” yang jika di artikan sebagai "Kota Damai".
Julukan yang terakhir ini belakangan populer dangan semboyan "Palembang Darussalam."
Kala itu sungai Musi menjadi denyut nadi mula peradaban kota Palembang. Memiliki Benteng kota pertama yang bernama Kuto Gawang (1522-1659).
BACA JUGA:Instaperfect Gelar Beauty Class, Edukasi Makeup ke Ibu-ibu Persit
Benteng ini terletak diantara Pulo Kemaro dan daerah Plaju.
Sistem pertahanan kota yang dikelilingi dengan 4 benteng, dan seluruhnya berada di tepian Musi, yaitu Bamagangan, Tambakbaya , Martapura, dan Pulau Kemaro.
VOC lalu menghancurkannya, akibatnya permukiman penduduk pun pindah ke arah hulu.
Diperkirakan titik Lokasinya ada di antara Sungai Rendang dan Sungai Tengkuruk, saat itu dikenal dengan Keraton Beringin Janggut (1662-1724).
BACA JUGA:Perkuat Mutu Pendidikan, Rektor UBD Sunda Ariana: Banyak Jurusan Tapi Kok Malah?
Benteng selanjutnya di bangun lebih menuju ke arah hulu, berada di antara Sungai Tengkuruk dan Sungai Sekanak. Di kawasan inilah kelak lahir benteng kembar.
Dua sisi pertahanan ini di umpamakan seperti dua saudara yang tegak berdiri kokoh di tepian Sungai Musi.
Satu sisi didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada 1737, kelak benteng keraton ini disebut dengan nama “Kuto Lama”.
Sementara, cucu SMB I yang bernama Sultan Muhammad Bahauddin, mulai membangun benteng keraton yang lalu kemudian disebut sebagai “Kuto Besak” tepat berada disebelahnya pada 1780.