Sejak Abad ke-9 PALI Dikenal sebagai Daerah Toleransi Tinggi, Ini Penjelasan Sejarawan Dr Sondang Siregar

Sejak Abad ke-9 PALI Dikenal sebagai Daerah Toleransi Tinggi, Ini Penjelasan Sejarawan Dr Sondang Siregar--

PALEMBANG - Ternyata sejak abad ke-9 Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sudah dikenal memiliki toleransi yang tinggi dan peradaban yang luar biasa dengan peninggalan bersejarahnya.

Hal tersebut diketahui saat seminar kebudayaan pada Festival Candi Bumi Ayu di hari ketiga di pelataran kawasan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu, pada Jumat (23/20/2023).

Pada seminar kebudayaan yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) PALI melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bekerjasama dengan ICMI Kabupaten PALI mengundang narasumber sejarawan Dr Sondang Siregar dan budayawan Dr A Erwan Suryanegara.

Saat narasumber membedah hasil penelitian, diketahui bahwa di sekitar candi ditemukan beberapa arca yang biasa digunakan untuk beribadah oleh umat Hindu dan umat Budha.

BACA JUGA:Cara Pemkab Ogan Ilir Bikin Nelayan Bergairah Di Musim Kemarau

"Penelitian Candi Bumi Ayu dimulai tahun 1864 hingga tahun 2021, saat melakukan pemugaran ditemukan beberapa arca yang biasa digunakan untuk upacara peribadatan umat Hindu dan Budha," jelas Sondang.

Ia menerangkan, dengan ditemukannya arca yang biasa digunakan 2 agama tersebut, maka di wilayah Kabupaten PALI, khususnya di sekitar Sungai Lematang sudah menjaga toleransi beragama. 

"Jadi dengan adanya temuan itu, nenek moyang kita sudah terbiasa dengan perbedaan agama, malah dalam 1 komplek,” beber Sondang. 

“Hal inilah yang harus kita jaga agar kerukunan tetap terpelihara," timpalnya.

BACA JUGA:Makan Kenyang Di BATIQA Hotel Palembang, Bayar Mulai Dari Rp 35.000 Aja

Selain memiliki toleransi tinggi sambung Sondang, pendiri Candi Bumi Ayu dikenal cerdas, dalam memilih lokasi bangunan candi di atas kontur tanah yang stabil. 

"Lokasi candi meski berada dekat perairan, tapi kontur tanah merupakan tanah lempung tidak berisi kandungan pasir bukan endapan dengan kondisi tanah stabil,” beber Sondang. 

“Hal tersebut menandakan bahwa nenek moyang kita yang mendirikan candi ini cerdas," tukasnya.

Sementara, Dr A Erwan Suryanegara mengatakan, dengan digelarnya seminar kebudayaan ini diharapkan generasi muda bisa menjaga cagar budaya agar tetap terpelihara.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan