Namun bisa jadi pula lailatul qadar dihitung dari malam yang tersisa.
Hal ini sebagaimana dalam sebuah Hadits Riwayat Bukhari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى
“Bisa jadi lailatul qadar ada pada 9 hari yang tersisa, bisa jadi ada pada 7 hari yang tersisa, bisa jadi pula pada 5 hari yang tersisa, bisa juga pada 3 hari yang tersisa”.
BACA JUGA:Waspada! Banyak Hadits Dhaif dan Palsu Beredar di Bulan Ramadan, Ini Kata 2 Syaikh
Oleh karena itu, jika bulan Ramadan ternyata 30 hari, artinya malam ketiga puluh adalah malam yang menggenapi.
Dan apabila dihitung dari hari terakhir, malam ke-22 berarti 9 hari yang tersisa, atau malam ke-24 berarti 7 hari yang tersisa.
Hitungan seperti inilah yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id Al Khudri dalam hadits shahih.
Inilah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa memilah-milah hari ganjil dan genap.
BACA JUGA:Stop Debat! 2 Syaikh Ulas Sejarah Awal Mula Salat Tarawih, Ibadah Sunnah di Bulan Ramadan
Jika bulan Ramadan ternyata 29 hari, maka berarti hitungan malam dari awal dan akhir Ramadan itu sama.
Nah, bila memang maksudnya seperti di atas, maka sudah sepatutnya bagi setiap mukmin mencari lailatul qadar di keseluruhan dari sepuluh hari yang ada, tanpa memilah-milah mana yang ganjil dan genap.
Sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَرَّوْهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
BACA JUGA:Catat! Kata Syaikh 9 Hal Ini Ternyata Boleh Dilakukan Saat Ramadan, Tapi...
“Bersemangatlah mencari lailatul qadar di sepuluh hari terakhir”.