PAGARALAM. KORANPALPRES.COM - Setelah perayaan Idulfitri 1445 H, masih dalam bulan Syawal yang bernuansa lebaran, banyak warga menggelar resepsi pernikahan.
Persiapan untuk pernikahan itu bahkan sudah terlihat sejak hari kedua atau H+3 lebaran lalu.
Pelaksanaan perayaan dan resepsi pernikahan yang berlangsung setelah lebaran ini sudah menjadi tradisi yang berlangsung turun temurun.
Menurut Pengamat Budaya dan Bahasa Besemah, Dr Sutiono Mahdi sejak zaman nenek moyang tradisi menikahkan anak memang banyak dilakukan pada beberapa kesempatan di antaranya usai lebaran.
"Seusai lebaran keluarga biasanya merencanakan jauh-jauh hari dan waktu itu yang dipilih karena biasanya banyak keluarga jauh yang pulang kampung sehingga dapat ikut merayakan hajatan," ujarnya.
Kalau dulu, ucapnya, biasanya warga menikahkan anaknya setelah usai masa panen, namun sekarang pola pertanian sudah tidak seperti dulu dan ditambah lagi profesi petani tidak sebanyak dulu.
"Kalau keluarga jauh kan tidak bisa menentukan libur pada saat panen. Nah, jika setelah lebaran biasanya memang liburnya bersamaan jadi kemungkinan berkumpul keluarga lebih besar," lanjutnya.
Disinggungnya, ada juga beberapa perubahan yang mencolok beberapa tahun terakhir ini.
Kalau dulu biasanya orang menikahkan anak dan menggelar pesta pernikahan hari Sabtu atau Minggu, sekarang sudah tidak pandang hari lagi.
Setiap hari bahkan pada hari Jumat ada saja yang melangsungkan resepsi pernikahan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pertambahan jumlah penduduk yang pesat.
BACA JUGA:Dihari Idul Fitri Satgas Yonif 125/SMB Berbagi Kasih di Kampung Agats dan Yagatsu
"Semakin banyak jumlah penduduk tentu saja semakin banyak yang menikah," cetusnya.
Di kalangan penduduk sendiri dengan semakin banyaknya warga yang menikah sebenarnya di satu sisi cukup memberatkan.
Namun di sisi lain rasa persaudaraan dan perasaan tidak enak jika tidak menghadiri undangan membuat warga selalu menyempatkan diri menghadiri undangan pernikahan itu.