KORANPALPRES.COM - Pemilihan umum presiden atau pilpres 2024 di Indonesia telah menjadi sorotan utama bagi semua elemen masyarakat, termasuk generasi Z yang aktif di media sosial.
Sebagai generasi yang tumbuh dan berkembang di era digital, generasi Z memiliki peran yang semakin signifikan dalam proses politik, terutama melalui penggunaan media sosial.
Dalam perhelatan politik ini, media sosial bukan hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga platform utama di mana opini politik dibentuk, diskusi dipicu, dan dukungan politik dinyatakan.
Namun, di tengah maraknya informasi politik yang tersebar di media sosial, fenomena jual beli politik mulai merambah ke dunia digital, dengan generasi Z sebagai salah satu sasarannya.
BACA JUGA:Wajib Tahu, Ini 6 Cara Memilih Parfum Yang Benar-Benar Cocok Untuk Kamu!
BACA JUGA:5 Rekomendasi Aroma Parfum Isi Ulang Untuk Pria, Diyakini Bisa Bikin Wanita Kepincut
Praktik ini meliputi berbagai strategi, mulai dari penyebaran konten politik berbayar hingga pembelian akun-akun media sosial dengan jumlah pengikut besar untuk mendukung calon tertentu.
Dampak dari praktik jual beli politik ini tidak hanya terbatas pada proses pemilihan itu sendiri, tetapi juga memengaruhi persepsi dan partisipasi politik generasi Z secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana praktik jual beli politik di media sosial dapat memengaruhi sikap dan perilaku politik generasi Z, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatifnya.
Dengan demikian, artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang bagaimana praktik jual beli politik berpengaruh terhadap generasi Z selama pilpres 2024, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapinya.
BACA JUGA:10 Rekomendasi Parfum Isi Ulang Pria yang Disukai Wanita 2024, Sudah Coba?
BACA JUGA:5 Aroma Parfum Isi Ulang Paling Rekomendasi Untuk Wanita
Dampak Jual Beli Politik di Media Sosial terhadap Gen-Z
Dampak Negatif
Praktik jual beli politik di media sosial memberikan dampak buruk bagi generasi Z.