BACA JUGA:Festival Burai Kembali Akan di Gelar Lebih Meriah, Yuk Intip Jadwal dan Konsepnya
Saat itu, sistim perdagangan masih menggunakan sistem barter atau tukar barang, bukan menggunaka mata uang sebagai nilai tukar jual beli.
Pelaku kejahatan yang ditakuti diwilayah perairan saat itu adalah Lanun atau lebih dikenal dengan Bajak Laut.
Menurut sebuah kisah, ada sekelompok bajak laut dari Negeri Cina yang menaiki 3 perahu layar.
Mereka melintas muara sungai musi lantaran hendak berlayar menuju Selat Bangka.
BACA JUGA:Mitsubishi Fuso Gelar, Fuso Truck Campaign 2023 sebagai Wujud Apresiasi Terhadap Pelanggan Setia
Kelompok perompak ini ternyata bisa meintas dengan 3 Perahu layar yang besar,
Sang pemimpin yang bergelar Kapitan menjadi tertarik drngan lebar sungai ini yang bisa menampung perahu besar melintas.
Kemudian Kapitan pun memeriksa peta, untuk mengetahui nama wilayah yang sedang dia lintasi ini.
Ternyata tidak ada nama sama sekali nama wilayah tersebut dalam peta.
BACA JUGA:4 Cara Agar Usaha Batu Bata Kamu Diburu Pembeli, Nomor 2 Harus Diutamakan
Sang Kapitan melihat banyak perahu besar, tongkang, berseliweran membawa hasil bumi dari arah hulu.
Ia pun menduga bahwa wilayah dari bgian hulu pasti tanahnya subur, hingga memutuskan untuk memecah kelompok menjelajahi wilayah sebelah hulu.
Kelompok yang menjelajah bagian hulu, mencapai daerah daratan rendah Gunung Dempo (Sekarang disebut Lahat).
Mereka sangat kagum dengan kesuburan hasil bumi dari wilayah tersebut, seperti sayuran, buah dan kopi
BACA JUGA:Lion Air Buka Loker Untuk Tamatan SMA lho, Cek Persyaratannya