Suku-suku di Provinsi Gorontalo: Ada Suku yang Kontroversial dengan Tradisi Inses

Minggu 12 May 2024 - 08:35 WIB
Reporter : Eko Wahyudi
Editor : Eko Wahyudi

BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Sulawesi Tenggara: Ada 4 Etnis Besar Turun Temurun Sejak Awal Peradaban di Sultra

Saat ini Bahasa Gorontalo banyak mengalami asimilasi dengan Bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diadopsi dalam keseharian masyarakat setempat.

Sementara suku yang ada di Gorontalo sebetulnya cenderung homogen tidak seperti daerah lainnya di Sulawesi.

Suku asli di Gorontalo masih berkerabat dan digolongkan ke dalam subsuku Gorontalo. Mereka antara lain: 

1. Suku Suwawa Suku Suwawa merupakan kelompok etnis yang berasal dari Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Suku ini merupakan suku tertua di semenanjung Gorontalo dan di daratan Sulawesi. Dalan keseharaan ini, suku ini menuturkan bahasa Suwawa sebagai percakapan sehari-hari. Selain itu mereka juga menggunakan bahasa Gorontalo dan Indonesia.

BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Sulawesi Selatan: Dominan Bugis, Makassar, Toraja Secara Budaya dan Bahasa

Di Gorontalo, bahasa Suwawa termasuk dalam kategori bahasa yang terancam punah. Dahulu, Kerajaan Suwawa yang berada di utara pulau Sulawesi juga didirikan oleh suku ini. 

2. Suku Atingola Suku Atinggola merupakan suku yang mendiami mendiami beberapa desa di wilayah Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Suku ini dianggap masih bagian dari suku Gorontalo, tetapi mereka mempunyai ciri bahasa dan beberapa ada yang berbeda.

Ciri khasnya suku ini cadel dalam pengucapan huruf 'R' dan 'L'. Sementara kosa katanya banyak yang mirip bahasa Gorontalo. Konon orang Atinggola dari Ternate yang datang pada abad pertengahan karena tidak setuju atas kebijaksanaan Kolonial Belanda di Ternate.

3. Suku Polahi Suku Polahi merupakan salah satu suku terasing di Indonesia yang tinggal di pedalaman hutan, tepatnya di lereng Gunung Boliyohuto, Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo. 

BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Bali: Ada Bali Aga, Bali Majapahit, Nyama Selam, dan Loloan

Orang Polahi telah mengasingkan diri dari masyarakat umum sejak abad ke-17 atau masa penjajahan Belanda di Nusantara. 

Polahi berasal dari bahasa Gorontalo yakni lahi-lahi artinya pelarian. 

Pemimpin suku saat itu memilih mengasingkan diri ke hutan lantaran menolak tunduk pada peraturan serta penindasan yang dilakukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).   

Sejak itu anggota suku ini hidup nomaden atau berpindah-pindah di dalam hutan karena itu mereka  tak membuat bangunan tempat tinggal yang permanen. Tempat tinggal dibuat seadanya dari kayu atau bahan yang tersedia di alam. 

Kehidupan Suku Polahi juga diwarnai dengan tradisi yang kontroversial, seperti perkawinan sedarah atau inses.

Kategori :