PAGARALAM – Pernahkah kamu menanyakan kepada guru atau orang tuamu mengapa nama presiden pertama dan kedua Indonesia namanya ditulis Soekarno dan Soeharto.
Kok bukan Sukarno dan Suharto?
Untuk menjawabnya kita harus paham sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
Dalam Bahasa Indonesia dulu huruf U sempat dituliskan dengan oe sebelum kita mengenal Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972.
BACA JUGA:Dari Qahwa Menjadi Kawe di Besemah, Inilah Perjalanan Istilah Kopi di Seluruh Dunia
Penulisan oe dulu ditulis dalam ejaan Van Ophuijsen yang berlaku kurang lebih dari tahun 1901 sampai dengan tahun 1947.
Lalu penulisan oe menjadi u dimulai pada ejaan Suwandi pada 9 maret 1947.
Orang yang lahir sebelum Maret 1947 namanya masih memakai oe seperti Soekarno, Soeharto, Soedirman. Setelah 1947 sudah mulai memakai huruf u.
Jadi kalau ada orang tua yang lahir setelah 1947 masih menuliskan u dengan oe artinya ia orang yang salah zaman.
BACA JUGA:Mengenali Gejala PMS dan PMDD, Gangguan Kesehatan Reproduksi Selama Siklus Menstruasi
Huruf ‘u’ itu sendiri dalam sejarah abjad juga sebenarnya adalah huruf yang paling bungsu.
Huruf U adalah huruf ke-21 dalam alfabet latin modern. Huruf ini dimasukkan belakangan dalam urutan abjad-abjad latin.
Sebagai anak bawang, huruf U awalnya Cuma sebagai varian dari huruf V dan W. Jadi, huruf U sekadar varian saja dalam sistem aksara. Kalo istilah bahasanya sih alograf namanya, yakni varian dari grafem atau huruf.
Dulu huruf U belum tersebar luas dan belum menjadi huruf yang mandiri.
BACA JUGA:Warga Kampung Pancasila Dapat Pelayanan Kesehatan Gratis, Hasil Kolaborasi Lintas Sektoral