JAKARTA, KORANPALPRES.COM – Puluhan aktivis dari 3 organisasi perlindungan hewan yang diternak berkolaborasi dalam aksi bersama menyerukan penyetopan impor hewan hidup.
Ketiga organisasi itu yakni Act For Farmed Animals (AFFA), Animal Friends Jogja (AFJ) dan Animals Don’t Speak Human (ADSH) menggelar aksi solidaritas di Hari Penyadartahuan Internasional Pelarangan Ekspor Hewan hidup (Ban Live Exports International Awareness Day).
Aksi menentang impor hewan hidup berlangsung di 5 kota besar masing-masing Jakarta, DIY Yogyakarta, Lombok, Malang, dan Medan.
Para pendemo menggelar aksi solidaritas menentang impor hewan hidup dengan menunjukkan kepada masyarakat luas terkait penderitaan hewan yang dikirim hidup-hidup.
BACA JUGA:Enak dan Mudah, Coba 2 Resep Olahan Daging Sapi Kurban yang Menggugah Selera!
BACA JUGA:Maknai Idul Adha Sebagai Bentuk ‘Menyembelih’ Sifat Buruk Manusia, Ratu Dewa Kurban 12 Sapi
Mereka mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan impor hewan hidup guna mengakhiri penderitaan hewan dan melestarikan lingkungan.
“Di samping menyebabkan penderitaan yang besar pada hewan, praktik impor hewan hidup juga terbukti merusak lingkungan,” beber Manajer Kampanye Act For Farmed Animals (AFFA), Elfha Shavira.
Mengutip Greenpeace Australia sambung Elfha, mayoritas pengrusakan hutan di Australia dilakukan untuk menciptakan padang rumput bagi hewan yang diternakkan.
Hewan-hewan ternak tersebut, selain dijual di dalam negari Australia, juga diekspor ke luar negeri.
BACA JUGA:Gerakan Berkurban Secara Serentak Se-Sumsel, Ini Dampak Mengejutkan untuk Masjid Agung Palembang
“Akibat aktivitas pengrusakan hutan di Australia ini sekitar 88% habitat hewan liar pun hilang karena peternakan sapi,” bebernya.
Elfha menyebut, rerata ratusan ribu ekor hewan hidup diimpor ke Indonesia setiap tahun.
Di tahun 2023 saja, 339.414 ekor sapi menderita karena impor sapi hidup dari Australia.