Banyak hewan hidup yang diimpor mengalami kepanasan, kedinginan, kelaparan, dan dehidrasi selama perjalanan.
BACA JUGA:Luar Biasa! Demi Lempar Jumrah, Personel Bid Humas Polda Sumsel Berjalan Kaki Sejauh 4.5 Km
BACA JUGA:7 Jamaah Haji Asal Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Meninggal Hingga Hari Ini, Cek Daftarnya!
“Kondisi kendaraan ekspedisi impor diketahui punya tingkat kepadatan berlebih yang menyebabkan hewan-hewan ini harus berdesakan, dan mengalami rasa sakit,” singgung Elfha.
Senada disampaikan Manajer Kampanye untuk Program Hewan yang Diternakkan Animal Friends Jogja (AFJ) Dhiani Probhosiwi.
Dalam pernyataan sikapnya, Dhiani mengungkapkan bahwa Pemerintah di berbagai belahan dunia sudah mulai menyadari kekejaman yang tidak perlu terhadap jutaan hewan yang dikirim melintasi benua setiap tahunnya.
Beberapa pekan lalu imbuh Dhiani, negara Britania Raya telah memperkenalkan larangan terhadap ekspor hewan hidup.
Begitupun sejumlah negara lain mulai dari Australia, Selandia Baru hingga Brasil telah mengambil langkah untuk mengakhiri ekspor hewan hidup.
“Hanya saja masih banyak tindakan yang perlu diambil untuk mengakhiri perdagangan ini secara global,” ucapnya.
Dikabarkan, ada sejumlah aktivis AFFA menggelar aksi di depan Kementerian Perdagangan RI, Gambir, Jakarta Pusat.
Para pengunjuk rasa ini membawa properti visual berupa poster dan 2 standee yang menampilkan kondisi memprihatinkan hewan-hewan dalam pengangkutan.
BACA JUGA:Proyek Flyover Pertama di Palembang, Nilainya Rp60 Miliar dengan Panjang 400 Meter
Mereka juga membawa poster memuat angka yang menggambarkan jumlah sapi yang diimpor dari Australia ke Indonesia setiap tahunnya.