Menurut beliau, secara global fisik mushaf Alquran tulisan Kyai Delamat tersebut masih dalam kondisi bagus dan cukup terawat.
BACA JUGA:3 Acara Warnai Maulid Nabi di Masjid Kiai Muara Ogan, Nomor 3 Bikin Tetangga Bahagia
BACA JUGA:Kaya Situs Megalitik! Begini Kata 4 Pakar di Seminar Kajian Koleksi Museum Negeri Sumsel
Fakta mengejutkan diungkapkan Prof Muhammad Adil, bahwa kertas yang menjadi media Alquran tulisan Kyai Delamat itu diyakini dikirim langsung dari Eropa.
Hal tersebut jelas Prof Muhammad Adil dapat dilihat dari fisik selembar kertas yang merupakan bagian dari Alquran tulisan Kyai Delamat yang kosong.
Saat diterawang timpal beliau, dapat terpampang dengan jelas sebuah watermark atau cap air lengkap dengan inisial “GR”.
“(Kertas jenis itu) tahunnya mulai abad ke 18,” tukas Prof Muhammad Adil.
BACA JUGA:Cukup Kertas Bekas dan Botol Plastik, Bisa Tangkap Cicak di Rumah dengan Mudah
BACA JUGA:Suku-suku di Provinsi Sulawesi Utara: Selain Didiami Suku Bohusami, Ada Suku Borgo Keturunan Eropa
Mengutip blog Manuskrip Islam Pesantren, untuk mempelajari mengenai semua aspek fisik dari sebuah naskah atau kodikologi, yang kurang diperhatikan seorang peneliti adalah aspek watermark atau cap air yang ada di kertas yang dipergunakan untuk menulis.
Memang tidak semua kertas yang dipergunakan untuk menulis naskah memiliki watermark.
Di mana secara umum diketahui bahwa terdapat 3 jenis kertas yang sering dipergunakan untuk menulis masing-masing kertas Eropa, kertas Lokal dan kertas Gedog.
Pada kertas jenis lokal dan gedog, umumnya tidak memiliki atau tidak ditemukan watermark.
BACA JUGA:Turun Harga di Tahun 2024! 7 Sepatu Running Adidas yang Laris Manis di Pasaran
BACA JUGA:Fitur Alarm Kini Ada di All New Honda BeAT di varian CBS, Deluxe Standard, dan Street
Dan pada kertas jenis pertama saja kita bisa menemukan tanda watermark yang dimaksud.