Tari Erai-Erai merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnik Lematang.
Daerah sentra atau asal tarian ini adalah eks marga Gumay Lembak, eks marga Puntang Suka Merapi, eks marga Pasirah IV Manggulyang selanjutnya menyebar ke beberapa daerah yang ada di wilayah Kabupaten Lahat.
BACA JUGA:UIN Raden Fatah Raih Akreditasi Unggul: Sepakat dengan Gaya Kepemimpinan Rektor yang Visioner
Tari Erai-Erai merupakan tari yang mengungkapkan kegembiraan pada saat panen padi.
Disebut tari Erai-Erai karena Erai-Erai artinya serai serumpun yang melambangkan meski bercerai-berai namun tetap satu ikatan.
Tari Erai-Erai populer sejak tahun 1950-an ketika beberapa instrumen musik akustik seperti biola dn akordion mulai merubah wilayah kabupaten Lahat.
Sebelumnya diiringi instrumen musik gambus/perkusi saja.
BACA JUGA:Turunkan Ribuan Paket Sembako Murah di Babat Toman, Ini Harapan Pj Bupati Muba Apriyadi
Syair Tari Erai-Erai yaitu Umak ooh Umak dan Oi Kakang Tulah.
Busana yang dipakai penari dalam membawakan tari Erai-Erai yaitu Baju Kurung Panjang, kain tumpal perahu, pending, anting-aning, serta aksesoris penunjang.
"Setiap tahun kita selalu mengusulkan dan perjuangkan dan meminta masukan dari Kabupaten/Kota mengenai hal itu, hingga adanya sertifikat warisan budaya takbenda," terang Aufa.
Akan adanya banyak pertimbangan dan penilaian hingga bisa mendapatkan sertifikat warisan budaya takbenda.
BACA JUGA:Tips Tidur Sehat Ala Rasulullah, Yuk Dicoba!BACA JUGA:Tips Tidur Sehat Ala Rasulullah, Yuk Dicoba!
"Untuk mendapatkan sertifikat warisan budaya takbenda itu tidak mudah, banyak hal yang harus dinilai dan dilakukan, agar hal itu bisa terwujud," tambahnya.
Selain itu, lanjut Aufa menerangkan juga ada pemberian penghargaan atau apresiasi seni Batanghari Sembilan kepada para seniman.
"Ada 8 orang seniman yang mendapatkan penghargaan," bebernya.